bipolpa
Minggu, 30 April 2017
Selasa, 17 Januari 2017
KLASIFIKASI PERMASALAHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA SECARA FISIK PSIKOLOGIS DAN SOSIAL
BAB I
PEDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Masalah remaja (usia >10-19 tahun) merupakan masalah yang
perlu diperhatikan dalam pembangunan nasional di Indonesia. Masalah remaja
terjadi karena mereka tidak dipersiapkan mengenai pengetahuan tentang aspek yang
berhubungan dengan masalah peralihan dari masa anak ke dewasa. Masalah
kesehatan remaja mencangkup aspek fisik biologis dan mental social. Pada masa
remaja adalah masa-masa yang rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan
reproduksi, kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya.
Kesehatan reproduksi remaja merupakan suatu kondisi sehat
yang menyangkut system, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki remaja.
Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas dari penyakit atau
bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta social.
Kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan resiko
terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap tahun kira-kira 15 juta
remaja berusia 15-19 tahun melahirkan, 4 juta melakukan aborsi, dan hampir 100
juta terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS) yang dapat disembuhkan. Secara
global 40% dari semua kasus infeksi HIV terjadi pada kaum muda yang berusia
15-24 tahun.
Perkiraan terakhir adalah, setiap hari ada 7.000 remaja
terinfeksi HIV (PATH, 1998). Oleh karena itu penyebaran informasi kesehatan
dikalangan remaja, perlu diupayakan secara tepat guna agar dapat memberi
informasi yang benar dan tidak terjerumus terutama di institusi pendidikan
sekolah.
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki
informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada
disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan
tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dari makalah ini adalah :
1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan
remaja ?
1.2.2. Apakah pengertian kesehatan
reproduksi remaja ?
1.2.3.
Jelaskan hal-hal yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja?
1.2.4 Apa saja klasifikasi permasalahan kesehatan
reproduksi remaja ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembutan makalah
1.3.1. Mahasiswa mampu menjelaskan defenisi
remaja.
1.3.2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian
kesehatan reproduksi remaja.
1.4.3. Mahasiswa mampu menjelaskan hal yang berhubungan
dengan kesehatan reproduksi remaja .
1.5.4 Mahasiswa
mampu menjelaskan klasifikasi permasalahan kesehatan reproduksi remaja.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Remaja
Remaja
berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya
tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi
tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam
Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau
peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki
status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja
adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa
remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan
13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat
(1990: 23) remaja adalah: masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.
Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya
maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan
ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah
matang.
Hal senada
diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia
remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun
= masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun
= masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa
remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja
awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja
akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)
Definisi
yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan
Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari
masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun,
dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik,
maupun psikologis.
2.2 Kesehatan Reproduksi Remaja
Dalam proses tumbuh kembang, masa remaja merupakan peralihan
antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Proses ini ditandai dengan pertumbuhan
fisik dan pematangan fungsi organ hormonal serta pengaruh lingkungan.
Factor-faktor ini berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja yang
didefinisikan sebagai seuatu keadaan kesehatan yang sempurna secara fisik,
mental dan social dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi.
Reproduksi adalah suatu proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup (ICPD, 1994). Kesehatan
reproduksi adalah keadaan sehat jasmani, rohani dan bukan hanya terlepas dari
ketidakhadiran penyakit atau kecacatan semata, yang berhubungan dengan sistem,
fungsi dan proses reproduksi.
Kesehatan reproduksi menurut Depkes (2004) adalah keadaan
kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh (tidak semata-mata bebas dari
penyakit atau kecacatan) dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi
dan fungsi serta prosesnya. Iskandar (1995), menambahkan bahwa kesehatan
reproduksi yaitu mencakup kondisi dimana wanita dan pria dapat melakukan
hubungan seks secara aman, dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan
bila kehamilan diinginkan, wanita dimungkinkan menjalankan kehamilan dengan
aman, melahirkan anak yang sehat serta didalam kondisi siap merawat anak yang
dilahirkan. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas
dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultur (BKKBN, 2001
).
2.3 Hal yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja
Hal yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja
(KRR) yaitu pubertas yang mempunyai arti awal
masa remaja. Pada masa pubertas terjadi perubahan badaniah yang menandai
adanya kemampuan untuk melanjutkan keturunan (reproduksi). Ada uang menyebut
pubertas sebagai saat pematangan seksual. Perubahan ini disertai
perubahanmental dan akan mempengaruhi perilakumu.
Perubahan yang terjadi pada setiap orang itu berbeda-beda,
karena setiap orang memiliki perbedaan saat kematangan sekseual. Biasanya
perempan mengalami pubertas lebih awal pada usia 11-12 tahun, sedangkan
laki-laki pada usia 13-15 tahun.
Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan PBB
tentang pemuda kurun usia 14-24 tahun yang dikemukakan dalam Sensus
Penduduk 2010. Menurut sensus ini, jumlah remaja Indonesia adalah 147.338.075
jiwa atau 18,5% dari seluruh penduduk Indonesia. Pedoman umum masyarakat
Indonesia untuk menentukan batasan usia remaja yaitu 11 – 24 tahun dan belum
menikah.
Adapun J.J. Rosseau membagi perkembangan jiwa manusia menurut
perkembangan perasaannya, yang membaginya menjadi 4 tahap yaitu:
·
Umur
0-4 atau 5 tahun: masa kanak- kanan (infancy).
·
Umur
5 –12 tahun: masa bandel (savage stage).
·
Umur
12 –15 tahun: bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan
kesadaran diri (self consciousness).
·
Umur
15-20 tahun: masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan merupakan
puncak perkembangan emosi.
Hal
yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yaitu pubertas yang
mempunyai arti awal masa remaja. Pada
masa pubertas terjadi perubahan badaniah yang menandai adanya kemampuan untuk
melanjutkan keturunan (reproduksi). Ada uang menyebut pubertas sebagai saat
pematangan seksual. Perubahan ini disertai perubahanmental dan akan
mempengaruhi perilakumu.
Perubahan
yang terjadi pada setiap orang itu berbeda-beda, karena setiap orang memiliki
perbedaan saat kematangan sekseual. Biasanya perempan mengalami pubertas lebih
awal pada usia 11-12 tahun, sedangkan laki-laki pada usia 13-15 tahun.
Di
Indonesia, batasan remaja mendekati batasan PBB tentang pemuda kurun
usia 14-24 tahun yang dikemukakan dalam Sensus Penduduk 2010.
Menurut sensus ini, jumlah remaja Indonesia adalah 147.338.075 jiwa atau 18,5%
dari seluruh penduduk Indonesia. Pedoman umum masyarakat Indonesia untuk
menentukan batasan usia remaja yaitu 11 – 24 tahun dan belum menikah.
Adapun
J.J. Rosseau membagi perkembangan jiwa manusia menurut perkembangan
perasaannya, yang membaginya menjadi 4 tahap yaitu:
·
Umur
0-4 atau 5 tahun: masa kanak- kanan (infancy).
·
Umur
5 –12 tahun: masa bandel (savage stage).
·
Umur
12 –15 tahun: bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan
kesadaran diri (self consciousness).
·
Umur
15-20 tahun: masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan merupakan
puncak perkembangan emosi.
a.
Perkembangan
Fisik pada Remaja
Pada masa remaja seseorang mengalami
pertumbuhan fisik yang lebih cepat dibandingkan dengan masa sebelumnya. Ini
nampak pada organ seksualnya, dimana biologik sampai pada kesiapan untuk
melanjutkan keturunan. Ciri sekunder individu dewasa adalah pada pria
tampak tumbuh kumis, jenggot dan rembut sekitar alat kelamin dan ketiak. Rambut
yang tumbuh relatif lebih kasar. Suara menjadi lebih besar, dada melebar dan
berbentuk segitiga, serta kulit relatif lebih kasar. Dan pada wanita tampak rambut
mulai tumbuh di sekitar alat kelamin dan ketiak, payudara dan panggul mulai
membesar, dan kulit relatif lebih halus.
Sedangkan organ kelamin juga
mengalami perubahan ke arah pematangan yaitu:
·
Pada
pria, sejak usia ini testis akan menghasilkan sperma yang tersimpan dalam
skrotum. Kelenjar prostat menghasilkan cairan semen, dan penis dapat digunakan
untuk bersenggama dalam perkawinan. Seorang pria dapat menghasilkan puluhan
sampai jutaan sperma sekali ejakulasi dan mengalami mimpi basah, dimana sperma
keluar dengan sendirinya secara alamiah.
·
Pada
wanita, kedua indung telur (ovarium) akan menghasilkan sel telur (ovum).
Hormon kelamin wanita mempersiapkan uterus (rahim) untuk menerima hasil
konsepsi bila ovum dibuahi oleh sperma, juga mempersiapkan vagina
sebagai penerima penis saat senggama. Sejak saat ini wanita akan mengalami ovulasi
dan menstruasi. Pada masa menjelang menstruasi pertama (menarch) remaja
putri sangatlah sensitif. Mereka juga seringkali mengalami masa prementruasi
syndrome (PMS) yang sangat berat.Ovulasi adalah proses keluarnya ovum dari ovarium
dan jika tidak dibuahi, maka ovum akan mati dan terjadilah menstruasi.
Menstruasi adalah peristiwa alamiah keluarnya darah dari vagina yang berasal dari
uterus akibat lepasnya endometrium sebagai akibat dari ovum yang
tidak dibuahi.
b.
Perkembangan
Psikosial pada Remaja
Kesadaran akan bentuk fisik yang
bukan lagi anak-akan menjadikan remaja sadar meninggalkan tingkah laku
anakanaknya dan mengikuti norma serta aturan yang berlaku. Menurut Havigrust
aspek psikologis yang menyertainya yaitu:
·
Menerima
kenyataan (realitas) jasmani
·
Mencapai
hubungan sosial yanglebih matang dengan teman sebaya.
·
Menjalankan
peran-peran sosial menurut jenis kelamin sesuaikan dengan norma.
·
Mencapai
kebebasan emosional (tidak tergantung) pada orang tua atau orang dewasa lain.
·
Mengembangkan
kecakapan intelektual serta konsep untuk bermasyarakat.
·
Memilih
dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan atau jabatan.
·
Mencapai
kebebasan ekonomi, merasa mampu hidup dengan nafkah sendiri.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa
karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri
remaja, yaitu:
- Kecanggungan
dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
- Ketidakstabilan
emosi.
- Adanya
perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
- Adanya
sikap menentang dan menantang orang tua.
- Pertentangan
di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang
dengan orang tua.
- Kegelisahan
karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi
semuanya.
- Senang
bereksperimentasi.
- Senang
bereksplorasi.
- Mempunyai
banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
- Kecenderungan
membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
2.4 Klasifikasi Permasalahan
Kesehatan Reproduksi Remaja
2.4.1 Fisik
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat.
Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun
ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body
image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan
kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional.
Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan
jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan
perilaku seksual
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal
ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa
pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi
berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik
yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan.
Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun
idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang
percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja
perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya,
khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian
survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan
kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini
sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang
penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan
yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut,
ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya
gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999;
Thompson et al).
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis.
Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun
penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada
remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka
bereksperimentasi dan berskplorasi.
Permasalahan Alkohol dan Obat-Obatan
Terlarang
Penggunaan alkohol dan obat-obatan
terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk
menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini
sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/
napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang
terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa
remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa
percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.
·
Pengaruh
sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua,
supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan
di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
·
Pengaruh
budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai
simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka
pendek dan kepuasan hedonis, dll.
·
Pengaruh
interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, orang yang
memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang
buruk, dll.
·
Cinta
dan Hubungan Heteroseksual
·
Permasalahan
Seksual
·
Hubungan
Remaja dengan Kedua Orang Tua
·
Permasalahan
Moral, Nilai, dan Agama
Lain halnya dengan pendapat Smith
& Anderson (dalam Fagan,2006), menurutnya kebanyakan remaja melakukan
perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal.
Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan
rokok, alkohol dan narkoba (Rey, 2002). Tiga jenis pengaruh yang memungkinkan
munculnya penggunaan alkohol dan narkoba pada remaja:
Salah satu akibat dari berfungsinya
hormon gonadotrofik yang diproduksi oleh kelenjar hypothalamus adalah munculnya
perasaan saling tertarik antara remaja pria dan wanita. Perasaan tertarik ini
bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi yaitu cinta romantis (romantic
love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau orang yang sering
menyebutnya “jatuh cinta”.
Santrock (2003) mengatakan bahwa
cinta romatis menandai kehidupan percintaan para remaja dan juga merupakan hal
yang penting bagi para siswa. Cinta romantis meliputi sekumpulan emosi yang
saling bercampur seperti rasa takut, marah, hasrat seksual, kesenangan dan rasa
cemburu. Tidak semua emosi ini positif. Dalam suatu penelitian yang dilakukan
oleh Bercheid & Fei ditemukan bahwa cinta romantis merupakan salah satu
penyebab seseorang mengalami depresi dibandingkan dengan permasalahan dengan
teman.
Tipe cinta yang lain adalah cinta
kasih sayang (affectionate love) atau yang sering disebut cinta
kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk memiliki individu lain
secara dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang untuk orang tersebut.
Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa percintaan orang dewasa daripada
percintaan remaja.
Dengan telah matangnya organ-organ
seksual pada remaja maka akan mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan
seksual. Problem tentang seksual pada remaja adalah berkisar masalah bagaimana
mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana yang boleh dilakukan dan
mana yang tidak boleh dilakukan, adanya “ketidaknormalan” yang dialaminya
berkaitan dengan organ-organ reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual,
kehamilan dan aborsi, dan sebagainya (Santrock, 2003, Hurlock, 1991).
Diantara perubahan-perubahan yang
terjadi pada masa remaja yang dapat mempengaruhi hubungan orang tua dengan
remaja adalah : pubertas, penalaran logis yang berkembang, pemikiran idealis
yang meningkat, harapan yang tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman
sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju kebebasan.
Beberapa konflik yang biasa terjadi
antara remaja dengan orang tua hanya berkisar masalah kehidupan sehari-hari
seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian, merapikan kamar tidur.
Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan
penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakalan remaja.
Beberapa remaja juga mengeluhkan
cara-cara orang tua memperlakukan mereka yang otoriter, atau sikap-sikap orang
tua yang terlalu kaku atau tidak memahami kepentingan remaja.
Akhir-akhir ini banyak orang tua
maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-anak mereka terutama remaja
mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri juga sering dihadapkan pada
dilema-dilema moral sehingga remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan
moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan
nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan
ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi
bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda.
Pengawasan terhadap tingkah laku
oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap remaja karena lingkungan
remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap hati nurani sebagai pengendali
internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja bisa mengendalikan
perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru dan segera menyadari
serta memperbaiki diri ketika dia berbuat salah.
2.5.2. psikologis
Masalah psikologis atau biasa disebut
gangguan kesehatan jiwa dalam taraf ringan mungkin pernah kita alami
dikehidupan kita. Mungkin kita tidak menyadari dan tidak berusaha untuk
mengatasinya karena menganggap ringan. Memang masalah psikologis yang tarafnya
masih ringan seperti : rendah diri, rasa kuatir yang berlebihan, merasa
bersalah, kurang percaya diri, mudah marah-marah, mudah tersinggung, putus asa,
hendaknya jangan dianggap ringan, sebaliknya harus segera diatasi sebelum
menjadi berlarut-larut dan kompleks yang mengakibatkan kondisi kesehatan jiwa
terganggu.
Remaja yang mengalami masalah psikologis atau gangguan kesehatan jiwa pada taraf ringan (neurose) tidak menunjukkan gejala yang aneh. Ia masih dapat berfikir, berkata-kata dan bertindak, berkomunikasi dengan orang lain secara baik dan normal, sebaliknya remaja yang mengalami gangguan jiwa (psychose) atau gangguan jiwa yang berat kepribadiannya jauh dari realitas, segi tanggapan, perasaan, emosi sangat terganggu, tidak ada integritas dan ia hidup dari alam kenyataan.
Remaja yang mengalami masalah psikologis atau gangguan kesehatan jiwa pada taraf ringan (neurose) tidak menunjukkan gejala yang aneh. Ia masih dapat berfikir, berkata-kata dan bertindak, berkomunikasi dengan orang lain secara baik dan normal, sebaliknya remaja yang mengalami gangguan jiwa (psychose) atau gangguan jiwa yang berat kepribadiannya jauh dari realitas, segi tanggapan, perasaan, emosi sangat terganggu, tidak ada integritas dan ia hidup dari alam kenyataan.
Macam-macam Masalah Psikologis
Masalah
psikologis dijeniskan antara lain sebagai berikut :
·
Neurose atau gangguan jiwa pada taraf
yang ringan seperti :
Ketegangan batin, rendah diri, rasa kuatir yang berlebihan, gelisah/cemas, takut yang tidak beralasan, mudah tersinggung, putus asa, pikiran-pikiran buruk, mudah marah, merasa bersalah dan sebagainya.
Ketegangan batin, rendah diri, rasa kuatir yang berlebihan, gelisah/cemas, takut yang tidak beralasan, mudah tersinggung, putus asa, pikiran-pikiran buruk, mudah marah, merasa bersalah dan sebagainya.
·
Psychose atau gangguan jiwa pada taraf
yang berat seperti :
Histeria, kepribadian dari segala segi, seperti tanggapan perasaan/emosi terganggu, tidak ada integritas, hidup jauh dari alam kenyataan
Histeria, kepribadian dari segala segi, seperti tanggapan perasaan/emosi terganggu, tidak ada integritas, hidup jauh dari alam kenyataan
1. Masih
Canggung Dan Kaku Dalam Menjalani Pergaulan
Permasalahan Psikologi Remaja yang
pertama adalah canggung dalam pergaulan. Sebagian dari anak yang beranjak ke
masa dewasa tentu pernah merasa perasaan seperti ini. Masa remaja yang memiliki
keidentikan dengan pencarian identitas diri guna menjelaskan siapa dirinya, apa
peranannya, apakah dia masih kanak-kanak atau telah menajadi orang dewasa, dan
lain sebagainya, pada akhrinya hal tersebut membuat mereka merasakan kecanggungan
dalam bergaul kembali pada teman-teman kecilnya.
- Emosi
Tidak Stabil
Perubahan-perubahan fisik yang biasanya dialami oleh remaja
juga menyebabkan adanya suatu perubahan psikologis. Oleh Hurlock (2002)
dalam rahmat, disebutkan sebagai suatu periode heightened emotionality, yaitu
suatu keadaan kondisi emosi nampak lebih tinggi atau nampak lebih intens
dibanding dengan keadaan yang normal. Emosi yang biasanya tinggi tersebut pada
akhirnya dapat termanifestasikan ke dalam berbagai bentuk tingkah laku seperti
halnya bingung, emosi berkobar kobar ataupun mudah meledak, bertengkar, tidak
bergairah, pemalas, dan juga membentuk self-defense mechanism . Emosi
tinggi tersebut tak berlangsung terus-menerus selama pada masa remaja. Dengan
bertambahnya umur para remaja, maka emosi yang tinggi pun akan mulai mereda
ataupun menuju pada kondisi yang stabil. Emosi yang tinggi pada fase remaja
sebaiknya tidaklah dibiarkan begitu saja, Akan tetapi perlu kiranya untuk
mendapatkan penyaluran atau penanganan yang baik, agar nantinya tak menimbulkan
hal hal yang merugikan.
- Adanya
Perasaan Kosong Akibat Adanya Pedoman dan Pandangan Baru Mengenai Hidup
Permasalahan Psikologi Remaja yang ketiga adalah adanya
perasaan kosong. Perasaan kosong tersebut dikarenakan, seorang yang baru saja
bernajak dewasa akan dituntut untuk berubah dalam bersikap maupun memposisikan
dirinya dalam masyarakat. Sehingga akhirnya hal tersebut menjadikan remaja
mengalami kebingungan. Salah satu contohnya adalah ketika sang anak di harapkan
untuk bersikap dewasa, namun di sisi lain ketika ia sedang mencoba melakukan
suatu hal seperti layaknya orang dewasa ia justru dilarang. Dan dianggap masih
terlalu kecil untuk ikut campur dalam urusan orang dewasa.
- Munculnya
Sikap Menentang dan Menentang
Munculnya sikap pertentangan pada remaja tersebut biasanya
dikarenakan karena apa yang diidam-idamkan tak sesuai dengan ekspektasinya.
Pertentangan pada remaja tersebut menurut Mollenhauer ada 6 macamnya seperti;
- Pertentangan
antara integrasi dan juga partisipasi kritis: Agar sistem di masyarakat
mampu berfungsi dengan baik, maka warganya perlulah untuk memikul sebuah
tanggung jawab bersama dan para remaja perlu untuk dipersiapkan pada hal
tersebut. Namun sebaliknya banyak ditemukan sebuah hambatan dan juga
rintangan bagi para remaja unuk dapat ikut berpartisipasi secara kritis di
dalam berbagai institusi seperti keluarga, kehidupan usaha, dan juga
sekolah.
- Pertentangan
antara kesempatan dan juga usaha kearah peningkatan status social
- Pertentangan
antara sebuah perhatian mengenai faktor ekonomi dan pembentukan
kepribadian
- Pertentangan
antara fungsi politis dalam pembentukan kepribadian dengan sifat
sebenarnya yang tidak politis
- Pertentangan
antara tuntutan rasionalitas dengan kenyataan yang irrasional
5.
Pertentangan
Di Dalam Dirinya
Masa transisi remaja dari masa anak menuju masa dewasa
tersebut memiliki beragam tuntutan dari keluarga, masyarakat, lingkungan tempat
ia belajar hingga diri sendiri. Pada akhirnya tuntut tersebut menjadikan
remaja mengalami kebingungan dalam mengikuti sebuah tuntutan. Kebingungan
tersebut pada akhirnya memunculkan pertentangan dalam dirinya.
6.
Kegelisahan
Karena Banyak Hal Yang Diinginkan
Inginnya mencapai sebuah eksistensi, ingin diperhatikan,
menjadi popular, meraih prestasi, serta memiliki sebuah prestise menjadikan ia
gelisah. Kegelisahan tersebut tergambar daripada sikap berontak yang terkadang
tergambar dari perilaku, karena apa yang diinginkannya terebut ditentang oleh
lingkungan sekitarnya.
7.
Senang
Bereksperimen
Keinginan yang menggebu-gebu disertai rasa penasaran yang
tinggi pada akhirnya membuat para remaja senang sekali untu melakukan
eksperimen-eksperimen. Maka tak heran jika tak di arahkan dengan baik, eksperimen
yang dilakukan pera remaja ini cenderung kea rah negative. Salah satunya adalah
merokok, narkoba, minum-minuman keras, hingga pergaulan bebas.
Masa remaja yang suka melakukan eksperimen ini akan sangat
baik jika para orang tua, atau pendidik di tempat sekolahnya menerapkan
pengarahan dengan kreatif yang menuntut anak remaja mengimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Ranah saintis sebeneranya sangat berpotensi berkembang,
karena banyak hal yang dapat di eksplore melalui karya ilmiah.
8.
Mulai
Senang Bereksplorasi
Masa remaja merupakan masa yang senang untuk bereksplorasi.
Hal tersebut disebabkan oleh ciri seorang remaja, dimana masa yang diidentikan
dengan pencarian sebuah jati diri. Pada akhirnya hal tersebut menyebabkan ia
mencoba beragam cara ataupun mencocokkan cara yang pas untuk bersikap di tengah
lingkungannya. Salah satu cara untuk menampilkan identitas diri agar diakui
oleh teman tersebut dapat dillakukan dengan menggunakan symbol status, bentuk
kemewahan atau kebanggaan yang dapat ditampilkan agar berbeda dari individu
lainnya.Ingin berbeda pun dapat pula terlihat dari cara ia menyukai ataupn
menjalani hobi, maupun interestnya pada suatu bidang.
9.
Mempunyai
Banyak Fantasi dan Khayalan
Berkhayal dan memiliki tingkat fantasi menjadi salah satu
hal yang umumnya terjadi pada remaja. Meskipun hal tersebut terjadi pula pada
orang dewasa, namun fantasi atau khayalan dari remaja ini lebih tinggi tingkat
terjadinya.
- Suka
Membentuk Kelompok
Di usia remaja
kesukaan untuk membuat kelompok ini terjadi karena di fase ini, kebutuhan untuk
pengakuan, perhatian, dan kasih sayang dari orang lain sangat tinggi. Sehingga
hal tersebut membuat remaja suka terlibat di beberapa grup ataupun kelompok
pertemanan. Jika di kaitkan dengan fitrah manusia sebagai makhluk social maka
hal tersebut sesuai dengan kodratnya, bahwa remaja membutuhkan
dukungan-dukungan lingkungan social di luar dirinya untuk berkembang dan
memuaskan hasratnya sebagai manusia yang sedang berkembang.
Sebab-sebab Remaja Mengalami Masalah
Psikologis
1. Kebutuhan Pokok Kejiwaan Yang Tidak
Terpenuhi
Dalam kehidupan manusia memerlukan
kebutuhan-kebutuhan pokok tertentu agar manusia tetap hidup dengan sejahtera
dan bahagia, sehat dan kuat phisik dan psikis. Kebutuhan phisik dapat terpenuhi
melalui makan, minum, sex, olah raga dan bekerja. Kebutuhan psikis dapat
terpenuhi melalui hal-hal yang bersifat kejiwaan, yaitu berupa kasih sayang,
rasa aman, penghargaan (pujian), rasa diterima oleh kelompoknya atau orang
lain, rasa disukai dan disenangi oleh orang lain. Kebutuhan psikis atau
kejiwaan tersebut sangat diperlukan oleh setiap orang pada setiap fase
perkembangan kehidupan orang setiap hari.
Diantara bermacam-macam kebutuhan
psikis atau kejiwaan tersebut kebutuhan akan kasih sayang merupakan kebutuhan
yang terpenting bagi perkembangan kehidupan seseorang, baik anak remaja maupun
orang tua.
Kebutuhan psikis atau kejiwaan itu harus dipenuhi sedini mungkin yaitu sejak bayi, dan apabila kebutuhan pokok kejiwaan seseorang anak tidak terpenuhi maka mungkin akan dapat mengakibatkan timbulnya masalah psikologis dalam diri anak itu.
Kebutuhan psikis atau kejiwaan itu harus dipenuhi sedini mungkin yaitu sejak bayi, dan apabila kebutuhan pokok kejiwaan seseorang anak tidak terpenuhi maka mungkin akan dapat mengakibatkan timbulnya masalah psikologis dalam diri anak itu.
Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pokok phisik anak, peranan orang tua sangat menentukan.Apabila dalam keluarga
salah satu atau kedua orang tua sudah tidak ada lagi yang disebabkan oleh
kematian, perpisahan, perceraian, maka akan seringkali timbul berbagai masalah
yang dapat mempengaruhi kehidupan anak/remaja.
Keluarga yang tanpa orang tua, baik
salah satu atau keduanya umumnya disebut keluarga yang pecah dan ini akan
menimbulkan masalah-masalah psikologis pada diri anak-anak. Anak dari keluarga
yang telah pecah lebih banyak mempunyai masalah dibandingkan dengan anak/remaja
yang berasal dari keluarga yang tidak pecah.
Masalah yang dialami
anak-anak/remaja dari keluarga yang pecah antara lain : rasa tegang, mudah
marah, kurang dapat mengontrol diri, putus asa, kurang berani dalam bergaul
(rendah diri), masalah lainnya adalah kurang terpenuhinya kebutuhan pokok
kejiwaannya yaitu kasih saya dan perhatian. Karena kurangnya kasih sayang dan
perhatian dari orang tua maka akibatnya anak-anak/remaja mempunyai kecendrungan
mengalami masalah psikologis seperti rendah diri, merasa tidak aman, merasa
cemas, merasa takut, frustasi dan sebagainya.
Langkah-langkah Pencegahan :
·
Menekankan
pengaruh pendidikan terhadap jiwa
Pendidikan dan bimbingan anak
diberikan sedini mungkin, terutama pendidikan waktu kecil, karena pendidikan
itulah yang banyak menentukan hari depan seseorang. Melalui pendidikan dapat
tertanam dihati anak sikap-sikap yang baik seperti sopan santun, budi pekerti
yang baik, tata tertib, agama dan sebagainya.
·
Memberikan
Pendidikan Dalam Rumah Tangga
Dalam memberikan pendidikan serta
bimbingan kepada anak, suasana keluarga yang harmonis hendaknya tercipta,
karena dengan adanya kedamaian dalam rumah tangga itu akan menimbulkan
ketentraman hati anak. Unsur kasih sayang dan perhatian harus diberikan kepada
remaja, sehingga remaja yang sedang tumbuh dan berkembang dapat berjalan normal.
Remaja harus diberikan kepercayaan dalam berbuat dan bersikap, tentunya perbuatan dan sikap tersebut harus dilandasi norma-norma dan agama. Orang tua selalu memberikan contoh perilaku yang baik misalnya saling menyayangi, saling mencintai, perhatian terhadap anggota keluarga, memberikan kesempatan kepada anak yang sedang tumbuh remaja untuk bertukar pikiran/pendapat tentang masalah-masalah apapun kepada ibu dan bapaknya.
Remaja harus diberikan kepercayaan dalam berbuat dan bersikap, tentunya perbuatan dan sikap tersebut harus dilandasi norma-norma dan agama. Orang tua selalu memberikan contoh perilaku yang baik misalnya saling menyayangi, saling mencintai, perhatian terhadap anggota keluarga, memberikan kesempatan kepada anak yang sedang tumbuh remaja untuk bertukar pikiran/pendapat tentang masalah-masalah apapun kepada ibu dan bapaknya.
·
Mengembangkan
Pendidikan Anak di Sekolah
Sekolah yang disebut juga sebagai lingkungan kedua bagi anak dalam mengembangkan kemampuannya, maka sekolah sangat membantu didalam pembinaan dan pembimbingan anak.
Disamping itu sekolah juga membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan intelektual mereka sehingga mereka menjadi anak yang pandai dan cerdas.Hal lain adalah sekolah juga membina kepribadian anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan orang tua, sekolah dan masyarakat.Melalui pengembangan pendidikan di sekolah diharapkan anak/remaja dapat menyalurkan serta mengembangkan minat, bakat dan kemampuannya.
Sekolah yang disebut juga sebagai lingkungan kedua bagi anak dalam mengembangkan kemampuannya, maka sekolah sangat membantu didalam pembinaan dan pembimbingan anak.
Disamping itu sekolah juga membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan intelektual mereka sehingga mereka menjadi anak yang pandai dan cerdas.Hal lain adalah sekolah juga membina kepribadian anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan orang tua, sekolah dan masyarakat.Melalui pengembangan pendidikan di sekolah diharapkan anak/remaja dapat menyalurkan serta mengembangkan minat, bakat dan kemampuannya.
Remaja
yang sedang tumbuh, disamping mendapatkan kasih sayang serta perhatian yang
cukup perlu adanya kegiatan-kegiatan yang menyibukkan untuk mengarahkan minat,
bakat dan kemampuannya. Hal ini agar mereka terhindar dari perilaku yang iseng
dan pikiran-pikiran serta kahayalan yang tidak menentu.Dengan langkah-langkah
pencegahan yang telah disebutkan maka diharapkan remaja yang sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan akan terhindar oleh gangguan atau masalah psikologis
yang pada umumnya dialami oleh para remaja.
2.5.3 Sosiologis
Masalah
sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau
masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan
antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti
kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah
sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial
yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam
masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti
tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan
lain sebagainya.
Masalah sosial memiliki beberapa karakter, antara lain :
·
Kondisi
yang dirasakan banyak orang
Suatu
masalah dapat disebut sebagai masalah sosial jika kondisinya dirasakan oleh
banyak orang, namun tidak ada batasan mengenai berapa jumlah orang yang harus
merasakan masalah tersebut. Jika suatu masalah mendapatkan perhatian dari
beberapa orang, maka masalah tersebut merupakan masalah sosial.
·
Kondisi
yang dinilai tidak menyenangkan
Menurut
paham hedonisme, orang cenderung mengulang sesuatu yang menyenangkan dan
menghindari sesuatu yang tidak mengenakkan. Orang senantiasa menghindari
masalah, karena masalah selalu tidak menyenangkan. Penilaian masyarakat sangat
menentukan suatu masalah dapat dikatakan sebagai masalah sosial.
·
Kondisi
yang menuntut permecahan.
Suatu
kondisi yang tidak menyenangkan senantiasa menuntut pemecahan. Umumnya,
suatu kondisi dianggap perlu dipecahkan jika masyarakat menganggap masalah
tersebut perlu dipecahkan.
·
Pemecahan
masalah tersebut harus diselesaikan melalui aksi secara kolektif.
Masalah
sosial berbeda dengan masalah individual. Masalah individual dapat
diatasi secara individual, tetapi masalah sosial hanya dapat diatasi melalui
rekayasa sosial seperti aksi sosial, kebijakan sosial atau perencanaan sosial, karena penyebab dan akibatnya
bersifat multidimensional dan menyangkut banyak orang.
Faktor penyebab masalah sosial
Menurut
Daldjoeni dalam Abulsyani (1994:187) bahwa, masalah social dapat bertalian
dengan masalah alami ataupun masalah pribadi, maka secara menyeluruh ada
beberapa sumber penyebab timbulnya masalah social, yaitu antara lain:
1. Faktor alam
(ekologis-geografis)
Ini
menyangkut gejala menipisnya sumber daya alam. Penyebabnya dapat berupa
tindakan eksploitasi berlebihan atasnya oleh manusia dengan teknologinya yang
makin maju, sehingga kurang diperhatikan perlunya pelestarian lingkungan. Dapat
pula karena semakin banyaknya jumlah penduduk yang secara otomatis cepat
menipiskan persediaan sumber daya meskipun sudah dilakukan penghematan.
2. Faktor biologis (dalam arti
kependudukan)
Ini
menyangkut bertambahnya jumlah penduduk dengan pesat yang dirasakan secara
nasional, regional maupun local. Pemindahan manusia (mobilitas fisik) yang
dapat dihubungkan pula dengan implikasi medis dan kesehatan masyarakat umum
serta kualitas masalah pemukiman baik dipedesaan maupun diperkotaan
3. Faktor budaya
Ini
menimbulkan berbagai keguncangan mental dan berlalian dengan beraneka penyakit
kejiwaan. Pendorongnya adalah perkembangan teknologi (komunikasi dan
transportasi) dan implikasinya dalam kehidupan ekonomi hokum, pendidikan,
keagamaan, serta pemakaian waktu senggang.
4. Faktor sosial
Dalam arti
berbagai kebijaksanaan ekonomi dan politik yang dikendalikan untuk masyarakat.
Berikut adalah beberapah contoh dari permasalahan
sosial dikalangan remaja :
1. Seks bebas
Kalau kita membicarakan dan membahas
tentang pergaulan bebas,sudah pasti kita akan berhubungan dengan anak remaja
karena banyak korbannya adalah dari kalangan remaja.Masa remaja bagi semua
orang dan juga menurut saya adalah masa yang paling indah atau berseri.Di masa
itu juga proses pencarian jati diri seseorang berlangsung.Dan pada proses
itulah banyak para remaja yang terjebak ke dalam pergaulan bebas tersebut
karena tidak mengetahui dampak buruk bagi dirinya sendiri.Pergaulan bebas di
kalangan remaja saat ini telah mencapai titik kekhawatiran yang sangat tinggi
atau cukup parah,terutama seks bebas dan penggunaan obat-obatan terlarang. Pada
pembahasan ini kita berfokus pada seks bebas.
Mengenai dampak buruk,sudah pasti
seks bebas memiliki dampak buruknya. Dampak buruk seks bebas bagi diri sendiri
sudah tentu lebih mengacu pada kesehatan. Tidak hanya bagi diri sendiri,seks
bebas juga berdampak buruk bagi orang lain,yaitu ikut terjerumusnya orang
tersebut ke dalam seks bebas. Dalam ruang lingkup yang luas,seks bebas jg
memiliki dampak buruk bagi bangsa ini,yakni rusaknya moral generasi
penerus bangsa. Begitu banyak dampak buruk dari seks bebas. Oleh karena
itu,jauhkan diri kita dari seks bebas.
2.
Minuman
Keras
Mengkonsumsi minuman beralkohol kini
seperti menjadi bagian gaya hidup dari sebagian masyarakat Indonesia. Berawal
dari sekedar coba-coba, banyak yang kemudian akhirnya ketagihan dengan jenis
minuman yang satu ini. Selama ini dampak negatif dari konsumsi alkohol berlebih
yang paling banyak diketahui orang adalah mabuk semata, dan itupun dapat hilang
dengan sendirinya. Namun pada kenyataannya,efek negatifnya tidk berhenti pada
mabuk saja,namun alkohol yang terkandung dalam minuman keras tersebut memiliki
dampak negatif lain bagi tubuh,seperti merusak sistem metabolisme tubuh
manusia,timbulnya ketagihan,dan rusaknya jaringan pada otak. Mengonsumsi
minuman keras tidak hanya berefek terhadap diri sendiri, tapi juga
orang-orang disekitarnya. Semakin sering seseorang minum alkohol, maka semakin berkurang
pemikirannya. Dengan begitu secara kelanjutan akan memicu masalah
pengangguran. Selain itu,mengkonsumsi minuman keras juga dapat memicu
permasalahan hukum,hal itu telah diatur dalam perundang-undangan.
3.
Narkoba
Di negara ini,permasalahan tentang
narkoba sudah cukup marak. Mulai dari pengedar sampia pengguna obat terlarang
itu. Penyalahgunaan narkoba telah diatur dalam perundang-undangan,namun tidak
sedikit yang mengabaikan peraturan tersebut dan tetap mengkonsumsi obat-obat
terlarang tersebut. Penyalah gunaan narkoba memiliki dampak atau pengaruh,baik
bagi diri sendiri atau orang lain. Secara umum, dampak penyalahgunaan narkoba
dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang. Dampak
penyalahgunaan narkoba pada fisik lebih mengacu kepada kesehatan jasmani yang
terganggu. Sedangkan dampak penyalahgunaan narkoba pada psikis yakni
terganggunya kejiwaan seseorang. Selain itu,dampak lain narkoba bagi pada
sosial yakni anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan,merepotkan dan
menjadi beban keluarga,Pendidikan menjadi terganggu,serta masa depan
suram. Sudah jelas sekali,begitu banyaknya dampak negatif dari penyalahgunaan
narkoba. Maka dari itu,tidak ada alasan lain bagi kita untuk menjauhi
penyalahgunaan narkoba.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan
mental, sosial. Perubahan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/ hormonal
yang sangat dramatik merupakan pemicu masalah kesehatan remaja serius karena
timbuhnya dorongan motivasi seksual yang menjadikan remaja rawan terhadap
penyakit dan masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja dengan segala
konsekuensinya yaitu: hubungan seks pranikah, aborsi, PMS & RIV-AIDS serta
narkotika.
Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya
informasi dan pemahaman serta kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi.
Di sisi lain, remaja sendiri mengalami perubahan fisik yang cepat. Harus ada
keyakinan bersama bahwa membangun generasi penerus yang berkualitas perlu
dimulai sejak anak, bahkan sejak dalam kandungan.
Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan
yang pada gilirannya mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak
secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya maupun keluarga dan masyarakat.
3.2 Saran
Perlu dibangun komitmen bersama antar elemen, baik
pemerintah maupun masyarakat yang menetapkan kesehatan reproduksi remaja
sebagai agenda/isu bersama dan penting. Perlu pendekatan kepada pihak yang
berkompeten dalam pembinaan remaja melalui pembekalan.
Langganan:
Postingan (Atom)