Selasa, 17 Januari 2017

KLASIFIKASI PERMASALAHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA SECARA FISIK PSIKOLOGIS DAN SOSIAL

BAB I
PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah remaja (usia >10-19 tahun) merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam pembangunan nasional di Indonesia. Masalah remaja terjadi karena mereka tidak dipersiapkan mengenai pengetahuan tentang aspek yang berhubungan dengan masalah peralihan dari masa anak ke dewasa. Masalah kesehatan remaja mencangkup aspek fisik biologis dan mental social. Pada masa remaja adalah masa-masa yang rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya.
Kesehatan reproduksi remaja merupakan suatu kondisi sehat yang menyangkut system, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas dari penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta social.
Kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap tahun kira-kira 15 juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan, 4 juta melakukan aborsi, dan hampir 100 juta terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS) yang dapat disembuhkan. Secara global 40% dari semua kasus infeksi HIV terjadi pada kaum muda yang berusia 15-24 tahun.
Perkiraan terakhir adalah, setiap hari ada 7.000 remaja terinfeksi HIV (PATH, 1998). Oleh karena itu penyebaran informasi kesehatan dikalangan remaja, perlu diupayakan secara tepat guna agar dapat memberi informasi yang benar dan tidak terjerumus terutama di institusi pendidikan sekolah.
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
1.2 Rumusan Masalah
            Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan remaja ?
1.2.2. Apakah pengertian kesehatan reproduksi remaja ?
1.2.3. Jelaskan hal-hal yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja?
1.2.4  Apa saja klasifikasi permasalahan kesehatan reproduksi remaja ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembutan makalah
1.3.1. Mahasiswa mampu menjelaskan defenisi remaja.
1.3.2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kesehatan reproduksi remaja.
1.4.3. Mahasiswa mampu menjelaskan hal yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja . 
1.5.4 Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi permasalahan kesehatan reproduksi remaja.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. 
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.  Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:  192)
Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.

2.2 Kesehatan Reproduksi Remaja
Dalam proses tumbuh kembang, masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Proses ini ditandai dengan pertumbuhan fisik dan pematangan fungsi organ hormonal serta pengaruh lingkungan. Factor-faktor ini berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja yang didefinisikan sebagai seuatu keadaan kesehatan yang sempurna secara fisik, mental dan social dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi.
Reproduksi adalah suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup (ICPD, 1994). Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat jasmani, rohani dan bukan hanya terlepas dari ketidakhadiran penyakit atau kecacatan semata, yang berhubungan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.
Kesehatan reproduksi menurut Depkes (2004) adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan) dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Iskandar (1995), menambahkan bahwa kesehatan reproduksi yaitu mencakup kondisi dimana wanita dan pria dapat melakukan hubungan seks secara aman, dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan bila kehamilan diinginkan, wanita dimungkinkan menjalankan kehamilan dengan aman, melahirkan anak yang sehat serta didalam kondisi siap merawat anak yang dilahirkan. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultur (BKKBN, 2001 ).

2.3 Hal yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja
Hal yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yaitu pubertas yang mempunyai arti awal masa remaja. Pada masa pubertas terjadi perubahan badaniah yang menandai adanya kemampuan untuk melanjutkan keturunan (reproduksi). Ada uang menyebut pubertas sebagai saat pematangan seksual. Perubahan ini disertai perubahanmental dan akan mempengaruhi perilakumu.
Perubahan yang terjadi pada setiap orang itu berbeda-beda, karena setiap orang memiliki perbedaan saat kematangan sekseual. Biasanya perempan mengalami pubertas lebih awal pada usia 11-12 tahun, sedangkan laki-laki pada usia 13-15 tahun.
Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan  PBB tentang pemuda kurun usia   14-24 tahun yang dikemukakan dalam Sensus Penduduk 2010. Menurut sensus ini, jumlah remaja Indonesia adalah 147.338.075 jiwa atau 18,5% dari seluruh penduduk Indonesia. Pedoman umum masyarakat Indonesia untuk menentukan batasan usia remaja yaitu 11 – 24 tahun dan belum menikah. 
Adapun J.J. Rosseau membagi perkembangan jiwa manusia menurut perkembangan perasaannya, yang membaginya menjadi 4 tahap yaitu:
·         Umur 0-4 atau 5 tahun: masa kanak- kanan (infancy).
·         Umur 5 –12 tahun: masa bandel (savage stage).
·         Umur 12 –15 tahun: bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan kesadaran diri (self consciousness).
·         Umur 15-20 tahun: masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi. 
Hal yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yaitu pubertas yang mempunyai arti awal masa remaja. Pada masa pubertas terjadi perubahan badaniah yang menandai adanya kemampuan untuk melanjutkan keturunan (reproduksi). Ada uang menyebut pubertas sebagai saat pematangan seksual. Perubahan ini disertai perubahanmental dan akan mempengaruhi perilakumu.
Perubahan yang terjadi pada setiap orang itu berbeda-beda, karena setiap orang memiliki perbedaan saat kematangan sekseual. Biasanya perempan mengalami pubertas lebih awal pada usia 11-12 tahun, sedangkan laki-laki pada usia 13-15 tahun.
Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan  PBB tentang pemuda kurun usia   14-24 tahun yang dikemukakan dalam Sensus Penduduk 2010. Menurut sensus ini, jumlah remaja Indonesia adalah 147.338.075 jiwa atau 18,5% dari seluruh penduduk Indonesia. Pedoman umum masyarakat Indonesia untuk menentukan batasan usia remaja yaitu 11 – 24 tahun dan belum menikah. 
Adapun J.J. Rosseau membagi perkembangan jiwa manusia menurut perkembangan perasaannya, yang membaginya menjadi 4 tahap yaitu:
·         Umur 0-4 atau 5 tahun: masa kanak- kanan (infancy).
·         Umur 5 –12 tahun: masa bandel (savage stage).
·         Umur 12 –15 tahun: bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan kesadaran diri (self consciousness).
·         Umur 15-20 tahun: masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi. 

a.            Perkembangan Fisik pada Remaja 
Pada masa remaja seseorang mengalami pertumbuhan fisik yang lebih cepat dibandingkan dengan masa sebelumnya. Ini nampak pada organ seksualnya, dimana biologik sampai pada kesiapan untuk melanjutkan keturunan. Ciri  sekunder individu dewasa adalah pada pria tampak tumbuh kumis, jenggot dan rembut sekitar alat kelamin dan ketiak. Rambut yang tumbuh relatif lebih kasar. Suara menjadi lebih besar, dada melebar dan berbentuk segitiga, serta kulit relatif lebih kasar. Dan pada wanita tampak rambut mulai tumbuh di sekitar alat kelamin dan ketiak, payudara dan panggul mulai membesar, dan kulit relatif lebih halus.
Sedangkan organ kelamin juga mengalami perubahan ke arah pematangan yaitu:
·         Pada pria, sejak usia ini testis akan menghasilkan sperma yang tersimpan dalam skrotum. Kelenjar prostat menghasilkan cairan semen, dan penis dapat digunakan untuk bersenggama dalam perkawinan. Seorang pria dapat menghasilkan puluhan sampai jutaan sperma sekali ejakulasi dan mengalami mimpi basah, dimana sperma keluar dengan sendirinya secara alamiah.
·         Pada wanita, kedua indung telur (ovarium) akan menghasilkan sel telur (ovum). Hormon kelamin wanita mempersiapkan uterus (rahim) untuk menerima hasil konsepsi bila ovum dibuahi oleh sperma, juga mempersiapkan vagina sebagai penerima penis saat senggama. Sejak saat ini wanita akan mengalami ovulasi dan menstruasi. Pada masa menjelang menstruasi pertama (menarch) remaja putri sangatlah sensitif. Mereka juga seringkali mengalami masa prementruasi syndrome (PMS) yang sangat berat.Ovulasi adalah proses keluarnya ovum dari ovarium dan jika tidak dibuahi, maka ovum akan mati dan terjadilah menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa alamiah keluarnya darah dari vagina yang berasal dari uterus akibat lepasnya endometrium sebagai akibat dari ovum yang tidak dibuahi.
b.            Perkembangan Psikosial pada Remaja 
Kesadaran akan bentuk fisik yang bukan lagi anak-akan menjadikan remaja sadar meninggalkan tingkah laku anakanaknya dan mengikuti norma serta aturan yang berlaku. Menurut Havigrust aspek psikologis yang menyertainya yaitu:
·         Menerima kenyataan (realitas) jasmani
·         Mencapai hubungan sosial yanglebih matang dengan teman sebaya.
·         Menjalankan peran-peran sosial menurut jenis kelamin sesuaikan dengan norma.
·         Mencapai kebebasan emosional (tidak tergantung) pada orang tua atau orang dewasa lain.
·         Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep untuk bermasyarakat.
·         Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan  atau jabatan.
·         Mencapai kebebasan ekonomi, merasa mampu hidup dengan nafkah sendiri.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
  • Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
  • Ketidakstabilan emosi.
  • Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
  • Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
  • Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
  • Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
  • Senang bereksperimentasi.
  • Senang bereksplorasi.
  • Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
  • Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
2.4 Klasifikasi Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja
2.4.1 Fisik
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan berskplorasi.
Permasalahan Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang
Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.
·         Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
·         Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
·         Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dll.
·         Cinta dan Hubungan Heteroseksual
·         Permasalahan Seksual
·         Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua
·         Permasalahan Moral, Nilai, dan Agama
Lain halnya dengan pendapat Smith & Anderson (dalam Fagan,2006), menurutnya kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol dan narkoba (Rey, 2002). Tiga jenis pengaruh yang memungkinkan munculnya penggunaan alkohol dan narkoba pada remaja:
Salah satu akibat dari berfungsinya hormon gonadotrofik yang diproduksi oleh kelenjar hypothalamus adalah munculnya perasaan saling tertarik antara remaja pria dan wanita. Perasaan tertarik ini bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi yaitu cinta romantis (romantic love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau orang yang sering menyebutnya “jatuh cinta”.
Santrock (2003) mengatakan bahwa cinta romatis menandai kehidupan percintaan para remaja dan juga merupakan hal yang penting bagi para siswa. Cinta romantis meliputi sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti rasa takut, marah, hasrat seksual, kesenangan dan rasa cemburu. Tidak semua emosi ini positif. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Bercheid & Fei ditemukan bahwa cinta romantis merupakan salah satu penyebab seseorang mengalami depresi dibandingkan dengan permasalahan dengan teman.
Tipe cinta yang lain adalah cinta kasih sayang (affectionate love) atau yang sering disebut cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk memiliki individu lain secara dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang untuk orang tersebut. Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa percintaan orang dewasa daripada percintaan remaja.
Dengan telah matangnya organ-organ seksual pada remaja maka akan mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual pada remaja adalah berkisar masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, adanya “ketidaknormalan” yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan sebagainya (Santrock, 2003, Hurlock, 1991).
Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang dapat mempengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah : pubertas, penalaran logis yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju kebebasan.
Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya berkisar masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian, merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakalan remaja.
Beberapa remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua memperlakukan mereka yang otoriter, atau sikap-sikap orang tua yang terlalu kaku atau tidak memahami kepentingan remaja.
Akhir-akhir ini banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda.
Pengawasan terhadap tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap remaja karena lingkungan remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap hati nurani sebagai pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja bisa mengendalikan perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru dan segera menyadari serta memperbaiki diri ketika dia berbuat salah.
2.5.2. psikologis
Masalah psikologis atau biasa disebut gangguan kesehatan jiwa dalam taraf ringan mungkin pernah kita alami dikehidupan kita. Mungkin kita tidak menyadari dan tidak berusaha untuk mengatasinya karena menganggap ringan. Memang masalah psikologis yang tarafnya masih ringan seperti : rendah diri, rasa kuatir yang berlebihan, merasa bersalah, kurang percaya diri, mudah marah-marah, mudah tersinggung, putus asa, hendaknya jangan dianggap ringan, sebaliknya harus segera diatasi sebelum menjadi berlarut-larut dan kompleks yang mengakibatkan kondisi kesehatan jiwa terganggu.
Remaja yang mengalami masalah psikologis atau gangguan kesehatan jiwa pada taraf ringan (neurose) tidak menunjukkan gejala yang aneh. Ia masih dapat berfikir, berkata-kata dan bertindak, berkomunikasi dengan orang lain secara baik dan
normal, sebaliknya remaja yang mengalami gangguan jiwa (psychose) atau gangguan jiwa yang berat kepribadiannya jauh dari realitas, segi tanggapan, perasaan, emosi sangat terganggu, tidak ada integritas dan ia hidup dari alam kenyataan.
Macam-macam Masalah Psikologis
Masalah psikologis dijeniskan antara lain sebagai berikut :
·         Neurose atau gangguan jiwa pada taraf yang ringan seperti :
Ketegangan batin, rendah diri, rasa kuatir yang berlebihan, gelisah/cemas, takut yang tidak beralasan, mudah tersinggung, putus asa, pikiran-pikiran buruk, mudah marah, merasa bersalah dan sebagainya.
·         Psychose atau gangguan jiwa pada taraf yang berat seperti :
Histeria, kepribadian dari segala segi, seperti tanggapan perasaan/emosi terganggu, tidak ada integritas, hidup jauh dari alam kenyataan

1.      Masih Canggung Dan Kaku Dalam Menjalani Pergaulan

Permasalahan Psikologi Remaja yang pertama adalah canggung dalam pergaulan. Sebagian dari anak yang beranjak ke masa dewasa tentu pernah merasa perasaan seperti ini. Masa remaja yang memiliki keidentikan dengan pencarian identitas diri guna menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya, apakah dia masih kanak-kanak atau telah menajadi orang dewasa, dan lain sebagainya, pada akhrinya hal tersebut membuat mereka merasakan kecanggungan dalam bergaul kembali pada teman-teman kecilnya.
  1. Emosi Tidak Stabil
Perubahan-perubahan fisik yang biasanya dialami oleh remaja juga menyebabkan adanya suatu  perubahan psikologis. Oleh Hurlock (2002) dalam rahmat, disebutkan sebagai suatu periode heightened emotionality, yaitu suatu keadaan kondisi emosi nampak lebih tinggi atau nampak lebih intens dibanding dengan keadaan yang normal. Emosi yang biasanya tinggi tersebut pada akhirnya dapat termanifestasikan ke dalam berbagai bentuk tingkah laku seperti halnya bingung, emosi berkobar kobar ataupun mudah meledak, bertengkar, tidak bergairah, pemalas, dan juga membentuk self-defense mechanism . Emosi tinggi tersebut tak berlangsung terus-menerus selama pada masa remaja. Dengan bertambahnya umur para remaja, maka emosi yang tinggi pun akan mulai mereda ataupun menuju pada kondisi yang stabil. Emosi yang tinggi pada fase remaja sebaiknya tidaklah dibiarkan begitu saja, Akan tetapi perlu kiranya untuk mendapatkan penyaluran atau penanganan yang baik, agar nantinya tak menimbulkan hal hal yang merugikan.
  1. Adanya Perasaan Kosong Akibat Adanya Pedoman dan Pandangan Baru Mengenai Hidup
Permasalahan Psikologi Remaja yang ketiga adalah adanya perasaan kosong. Perasaan kosong tersebut dikarenakan, seorang yang baru saja bernajak dewasa akan dituntut untuk berubah dalam bersikap maupun memposisikan dirinya dalam masyarakat. Sehingga akhirnya hal tersebut menjadikan remaja mengalami kebingungan. Salah satu contohnya adalah ketika sang anak di harapkan untuk bersikap dewasa, namun di sisi lain ketika ia sedang mencoba melakukan suatu hal seperti layaknya orang dewasa ia justru dilarang. Dan dianggap masih terlalu kecil untuk ikut campur dalam urusan orang dewasa.
  1. Munculnya Sikap Menentang dan Menentang
Munculnya sikap pertentangan pada remaja tersebut biasanya dikarenakan karena apa yang diidam-idamkan tak sesuai dengan ekspektasinya. Pertentangan pada remaja tersebut menurut Mollenhauer ada 6 macamnya seperti;
  • Pertentangan antara integrasi dan juga partisipasi kritis: Agar sistem di masyarakat mampu berfungsi dengan baik, maka warganya perlulah untuk memikul sebuah tanggung jawab bersama dan para remaja perlu untuk dipersiapkan pada hal tersebut. Namun sebaliknya banyak ditemukan sebuah hambatan dan juga rintangan bagi para remaja unuk dapat ikut berpartisipasi secara kritis di dalam berbagai institusi seperti keluarga, kehidupan usaha, dan juga sekolah.
  • Pertentangan antara kesempatan dan juga usaha kearah peningkatan status social
  • Pertentangan antara sebuah perhatian mengenai faktor ekonomi dan pembentukan kepribadian
  • Pertentangan antara fungsi politis dalam pembentukan kepribadian dengan sifat sebenarnya yang tidak politis
  • Pertentangan antara tuntutan rasionalitas dengan kenyataan yang irrasional
5.      Pertentangan Di Dalam Dirinya
Masa transisi remaja dari masa anak menuju masa dewasa tersebut memiliki beragam tuntutan dari keluarga, masyarakat, lingkungan tempat ia belajar hingga diri sendiri.  Pada akhirnya tuntut tersebut menjadikan remaja mengalami kebingungan dalam mengikuti sebuah tuntutan. Kebingungan tersebut pada akhirnya memunculkan pertentangan dalam dirinya.
6.      Kegelisahan Karena Banyak Hal Yang Diinginkan
Inginnya mencapai sebuah eksistensi, ingin diperhatikan, menjadi popular, meraih prestasi, serta memiliki sebuah prestise menjadikan ia gelisah. Kegelisahan tersebut tergambar daripada sikap berontak yang terkadang tergambar dari perilaku, karena apa yang diinginkannya terebut ditentang oleh lingkungan sekitarnya.
7.      Senang Bereksperimen
Keinginan yang menggebu-gebu disertai rasa penasaran yang tinggi pada akhirnya membuat para remaja senang sekali untu melakukan eksperimen-eksperimen. Maka tak heran jika tak di arahkan dengan baik, eksperimen yang dilakukan pera remaja ini cenderung kea rah negative. Salah satunya adalah merokok, narkoba, minum-minuman keras, hingga pergaulan bebas.
Masa remaja yang suka melakukan eksperimen ini akan sangat baik jika para orang tua, atau pendidik di tempat sekolahnya menerapkan pengarahan dengan kreatif yang menuntut anak remaja mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ranah saintis sebeneranya sangat berpotensi berkembang, karena banyak hal yang dapat di eksplore melalui karya ilmiah.
8.      Mulai Senang Bereksplorasi
Masa remaja merupakan masa yang senang untuk bereksplorasi. Hal tersebut disebabkan oleh ciri seorang remaja, dimana masa yang diidentikan dengan pencarian sebuah jati diri. Pada akhirnya hal tersebut menyebabkan ia mencoba beragam cara ataupun mencocokkan cara yang pas untuk bersikap di tengah lingkungannya. Salah satu cara untuk menampilkan identitas diri agar diakui oleh teman tersebut dapat dillakukan dengan menggunakan symbol status, bentuk kemewahan atau kebanggaan yang dapat ditampilkan agar berbeda dari individu lainnya.Ingin berbeda pun dapat pula terlihat dari cara ia menyukai ataupn menjalani hobi, maupun interestnya pada suatu bidang.
9.            Mempunyai Banyak Fantasi dan Khayalan
Berkhayal dan memiliki tingkat fantasi menjadi salah satu hal yang umumnya terjadi pada remaja. Meskipun hal tersebut terjadi pula pada orang dewasa, namun fantasi atau khayalan dari remaja ini lebih tinggi tingkat terjadinya.
  1. Suka Membentuk Kelompok
Di usia remaja kesukaan untuk membuat kelompok ini terjadi karena di fase ini, kebutuhan untuk pengakuan, perhatian, dan kasih sayang dari orang lain sangat tinggi. Sehingga hal tersebut membuat remaja suka terlibat di beberapa grup ataupun kelompok pertemanan. Jika di kaitkan dengan fitrah manusia sebagai makhluk social maka hal tersebut sesuai dengan kodratnya, bahwa remaja membutuhkan dukungan-dukungan lingkungan social di luar dirinya untuk berkembang dan memuaskan hasratnya sebagai manusia yang sedang berkembang.
Sebab-sebab Remaja Mengalami Masalah Psikologis
1.      Kebutuhan Pokok Kejiwaan Yang Tidak Terpenuhi
Dalam kehidupan manusia memerlukan kebutuhan-kebutuhan pokok tertentu agar manusia tetap hidup dengan sejahtera dan bahagia, sehat dan kuat phisik dan psikis. Kebutuhan phisik dapat terpenuhi melalui makan, minum, sex, olah raga dan bekerja. Kebutuhan psikis dapat terpenuhi melalui hal-hal yang bersifat kejiwaan, yaitu berupa kasih sayang, rasa aman, penghargaan (pujian), rasa diterima oleh kelompoknya atau orang lain, rasa disukai dan disenangi oleh orang lain. Kebutuhan psikis atau kejiwaan tersebut sangat diperlukan oleh setiap orang pada setiap fase perkembangan kehidupan orang setiap hari.
Diantara bermacam-macam kebutuhan psikis atau kejiwaan tersebut kebutuhan akan kasih sayang merupakan kebutuhan yang terpenting bagi perkembangan kehidupan seseorang, baik anak remaja maupun orang tua.
Kebutuhan psikis atau kejiwaan itu harus dipenuhi sedini mungkin yaitu sejak bayi, dan apabila kebutuhan pokok kejiwaan seseorang anak tidak terpenuhi maka mungkin akan dapat mengakibatkan timbulnya masalah psikologis dalam diri anak itu.
Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok phisik anak, peranan orang tua sangat menentukan.Apabila dalam keluarga salah satu atau kedua orang tua sudah tidak ada lagi yang disebabkan oleh kematian, perpisahan, perceraian, maka akan seringkali timbul berbagai masalah yang dapat mempengaruhi kehidupan anak/remaja.
Keluarga yang tanpa orang tua, baik salah satu atau keduanya umumnya disebut keluarga yang pecah dan ini akan menimbulkan masalah-masalah psikologis pada diri anak-anak. Anak dari keluarga yang telah pecah lebih banyak mempunyai masalah dibandingkan dengan anak/remaja yang berasal dari keluarga yang tidak pecah.
Masalah yang dialami anak-anak/remaja dari keluarga yang pecah antara lain : rasa tegang, mudah marah, kurang dapat mengontrol diri, putus asa, kurang berani dalam bergaul (rendah diri), masalah lainnya adalah kurang terpenuhinya kebutuhan pokok kejiwaannya yaitu kasih saya dan perhatian. Karena kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua maka akibatnya anak-anak/remaja mempunyai kecendrungan mengalami masalah psikologis seperti rendah diri, merasa tidak aman, merasa cemas, merasa takut, frustasi dan sebagainya.
Langkah-langkah Pencegahan :
·         Menekankan pengaruh pendidikan terhadap jiwa
Pendidikan dan bimbingan anak diberikan sedini mungkin, terutama pendidikan waktu kecil, karena pendidikan itulah yang banyak menentukan hari depan seseorang. Melalui pendidikan dapat tertanam dihati anak sikap-sikap yang baik seperti sopan santun, budi pekerti yang baik, tata tertib, agama dan sebagainya.
·         Memberikan Pendidikan Dalam Rumah Tangga
Dalam memberikan pendidikan serta bimbingan kepada anak, suasana keluarga yang harmonis hendaknya tercipta, karena dengan adanya kedamaian dalam rumah tangga itu akan menimbulkan ketentraman hati anak. Unsur kasih sayang dan perhatian harus diberikan kepada remaja, sehingga remaja yang sedang tumbuh dan berkembang dapat berjalan normal.
Remaja harus diberikan kepercayaan dalam berbuat dan bersikap, tentunya perbuatan dan sikap tersebut harus dilandasi norma-norma dan agama. Orang tua selalu memberikan contoh perilaku yang baik misalnya saling menyayangi, saling mencintai, perhatian terhadap anggota keluarga, memberikan kesempatan kepada anak yang sedang tumbuh remaja untuk bertukar pikiran/pendapat tentang masalah-masalah apapun kepada ibu dan bapaknya.
·         Mengembangkan Pendidikan Anak di Sekolah
Sekolah yang disebut juga sebagai lingkungan kedua bagi anak dalam mengembangkan kemampuannya, maka sekolah sangat membantu didalam pembinaan dan pembimbingan anak.
Disamping itu sekolah juga membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan intelektual mereka sehingga mereka menjadi anak yang pandai dan cerdas.Hal lain adalah sekolah juga membina kepribadian anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan orang tua, sekolah dan masyarakat.Melalui pengembangan pendidikan di sekolah diharapkan anak/remaja dapat menyalurkan serta mengembangkan minat, bakat dan kemampuannya.
Remaja yang sedang tumbuh, disamping mendapatkan kasih sayang serta perhatian yang cukup perlu adanya kegiatan-kegiatan yang menyibukkan untuk mengarahkan minat, bakat dan kemampuannya. Hal ini agar mereka terhindar dari perilaku yang iseng dan pikiran-pikiran serta kahayalan yang tidak menentu.Dengan langkah-langkah pencegahan yang telah disebutkan maka diharapkan remaja yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan akan terhindar oleh gangguan atau masalah psikologis yang pada umumnya dialami oleh para remaja.

2.5.3 Sosiologis
Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial memiliki beberapa karakter, antara lain :
·         Kondisi yang dirasakan banyak orang
Suatu masalah dapat disebut sebagai masalah sosial jika kondisinya dirasakan oleh banyak orang, namun tidak ada batasan mengenai berapa jumlah orang yang harus merasakan masalah tersebut. Jika suatu masalah mendapatkan perhatian dari beberapa orang, maka masalah tersebut merupakan masalah sosial.
·         Kondisi yang dinilai tidak menyenangkan
Menurut paham hedonisme, orang cenderung mengulang sesuatu yang menyenangkan dan menghindari sesuatu yang tidak mengenakkan. Orang senantiasa menghindari masalah, karena masalah selalu tidak menyenangkan. Penilaian masyarakat sangat menentukan suatu masalah dapat dikatakan sebagai masalah sosial.
·         Kondisi yang menuntut permecahan.
Suatu kondisi yang tidak menyenangkan senantiasa menuntut pemecahan. Umumnya, suatu kondisi dianggap perlu dipecahkan jika masyarakat menganggap masalah tersebut perlu dipecahkan.
·         Pemecahan masalah tersebut harus diselesaikan melalui aksi secara kolektif.
Masalah sosial berbeda dengan masalah individual. Masalah individual dapat diatasi secara individual, tetapi masalah sosial hanya dapat diatasi melalui rekayasa sosial seperti aksi sosial, kebijakan sosial atau perencanaan sosial, karena penyebab dan akibatnya bersifat multidimensional dan menyangkut banyak orang.

Faktor penyebab masalah sosial
Menurut Daldjoeni dalam Abulsyani (1994:187) bahwa, masalah social dapat bertalian dengan masalah alami ataupun masalah pribadi, maka secara menyeluruh ada beberapa sumber penyebab timbulnya masalah social, yaitu antara lain:
1.      Faktor alam (ekologis-geografis)
Ini menyangkut gejala menipisnya sumber daya alam. Penyebabnya dapat berupa tindakan eksploitasi berlebihan atasnya oleh manusia dengan teknologinya yang makin maju, sehingga kurang diperhatikan perlunya pelestarian lingkungan. Dapat pula karena semakin banyaknya jumlah penduduk yang secara otomatis cepat menipiskan persediaan sumber daya meskipun sudah dilakukan penghematan.

2.      Faktor biologis (dalam arti kependudukan)
Ini menyangkut bertambahnya jumlah penduduk dengan pesat yang dirasakan secara nasional, regional maupun local. Pemindahan manusia (mobilitas fisik) yang dapat dihubungkan pula dengan implikasi medis dan kesehatan masyarakat umum serta kualitas masalah pemukiman baik dipedesaan maupun diperkotaan



3.      Faktor budaya
Ini menimbulkan berbagai keguncangan mental dan berlalian dengan beraneka penyakit kejiwaan. Pendorongnya adalah perkembangan teknologi (komunikasi dan transportasi) dan implikasinya dalam kehidupan ekonomi hokum, pendidikan, keagamaan, serta pemakaian waktu senggang.

4.      Faktor sosial
Dalam arti berbagai kebijaksanaan ekonomi dan politik yang dikendalikan untuk masyarakat.

Berikut adalah beberapah contoh dari  permasalahan sosial dikalangan remaja :
1.      Seks bebas
Kalau kita membicarakan dan membahas tentang pergaulan bebas,sudah pasti kita akan berhubungan dengan anak remaja karena banyak korbannya adalah dari kalangan remaja.Masa remaja bagi semua orang dan juga menurut saya adalah masa yang paling indah atau berseri.Di masa itu juga proses pencarian jati diri seseorang berlangsung.Dan pada proses itulah banyak para remaja yang terjebak ke dalam pergaulan bebas tersebut karena tidak mengetahui dampak buruk bagi dirinya sendiri.Pergaulan bebas di kalangan remaja saat ini telah mencapai titik kekhawatiran yang sangat tinggi atau cukup parah,terutama seks bebas dan penggunaan obat-obatan terlarang. Pada pembahasan ini kita berfokus pada seks bebas.
Mengenai dampak buruk,sudah pasti seks bebas memiliki dampak buruknya. Dampak buruk seks bebas bagi diri sendiri sudah tentu lebih mengacu pada kesehatan. Tidak hanya bagi diri sendiri,seks bebas juga berdampak buruk bagi orang lain,yaitu ikut terjerumusnya orang tersebut ke dalam seks bebas. Dalam ruang lingkup yang luas,seks bebas jg memiliki dampak buruk bagi bangsa ini,yakni  rusaknya moral generasi penerus bangsa. Begitu banyak dampak buruk dari seks bebas. Oleh karena itu,jauhkan diri kita dari seks bebas.
2.      Minuman Keras
Mengkonsumsi minuman beralkohol kini seperti menjadi bagian gaya hidup dari sebagian masyarakat Indonesia. Berawal dari sekedar coba-coba, banyak yang kemudian akhirnya ketagihan dengan jenis minuman yang satu ini. Selama ini dampak negatif dari konsumsi alkohol berlebih yang paling banyak diketahui orang adalah mabuk semata, dan itupun dapat hilang dengan sendirinya. Namun pada kenyataannya,efek negatifnya tidk berhenti pada mabuk saja,namun alkohol yang terkandung dalam minuman keras tersebut memiliki dampak negatif lain bagi tubuh,seperti merusak sistem metabolisme tubuh manusia,timbulnya ketagihan,dan rusaknya jaringan pada otak. Mengonsumsi minuman keras  tidak hanya berefek terhadap diri sendiri, tapi juga orang-orang disekitarnya. Semakin sering seseorang minum alkohol, maka semakin berkurang pemikirannya.  Dengan begitu secara kelanjutan akan memicu masalah pengangguran. Selain itu,mengkonsumsi minuman keras juga dapat memicu permasalahan hukum,hal itu telah diatur dalam perundang-undangan.

3.      Narkoba
Di negara ini,permasalahan tentang narkoba sudah cukup marak. Mulai dari pengedar sampia pengguna obat terlarang itu. Penyalahgunaan narkoba telah diatur dalam perundang-undangan,namun tidak sedikit yang mengabaikan peraturan tersebut dan tetap mengkonsumsi obat-obat terlarang tersebut. Penyalah gunaan narkoba memiliki dampak atau pengaruh,baik bagi diri sendiri atau orang lain. Secara umum, dampak penyalahgunaan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang. Dampak penyalahgunaan narkoba pada fisik lebih mengacu kepada kesehatan jasmani yang terganggu. Sedangkan dampak penyalahgunaan narkoba pada psikis yakni terganggunya kejiwaan seseorang. Selain itu,dampak lain narkoba bagi pada sosial yakni anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan,merepotkan dan menjadi beban keluarga,Pendidikan menjadi terganggu,serta masa depan suram. Sudah jelas sekali,begitu banyaknya dampak negatif dari penyalahgunaan narkoba. Maka dari itu,tidak ada alasan lain bagi kita untuk menjauhi penyalahgunaan narkoba.














BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial. Perubahan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/ hormonal yang sangat dramatik merupakan pemicu masalah kesehatan remaja serius karena timbuhnya dorongan motivasi seksual yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya yaitu: hubungan seks pranikah, aborsi, PMS & RIV-AIDS serta narkotika.
Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman serta kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja sendiri mengalami perubahan fisik yang cepat. Harus ada keyakinan bersama bahwa membangun generasi penerus yang berkualitas perlu dimulai sejak anak, bahkan sejak dalam kandungan.
Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang pada gilirannya mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya maupun keluarga dan masyarakat.

3.2 Saran
Perlu dibangun komitmen bersama antar elemen, baik pemerintah maupun masyarakat yang menetapkan kesehatan reproduksi remaja sebagai agenda/isu bersama dan penting. Perlu pendekatan kepada pihak yang berkompeten dalam pembinaan remaja melalui pembekalan.