KATA PENGANTAR
Puji syukur kita atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Nilai nilai moral dan
kepribadian”. Kami menyadari, banyak kekurangan yang ditemukan
dalam penulisan makalah ini, sehingga kami dengan tangan terbuka menerima
kritikan dan saran untuk kebaikan makalah ini.
Kami juga memohon maaf seandainya
terjadi kesalahan yang sengaja ataupun yang tidak disengaja terjadi dalam
penulisan makalah.
Padang
, 3 September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Agama merupakan sistem kepercayaan yang meliputi tata
cara peribadatan hubungan manusia dengan sang mutlak, hubungan manusia dengan
manusia, dan hubungan manusia dengan alam lainnya sesuai dengan kepercayaan
tersebut. Berdasarkan klasifikasi manapun diyakini bahwa agama memiliki peranan
signifikan bagi kehidupan manusia, disebabkan agama terdapat seperangkat nilai
yang menjadi pedoman dan pegangan manusia. Salah satunya adalah dalam hal
moral. Moral adalah sesuatu yang
berkenaan dengan baik dan buruk.
Tak jauh berbeda dengan moral hanya lebih sepesifik
adalah budi pekerti. Akhlak merupakan perilaku dilakukan tanpa banyak
pertimbangan tentang baik dan buruk. Adapun etika atau ilmu akhlak kajian
sistematis tentang baik dan buruk, bisa juga dikatakan bahwa etika merupakan
ilmu tentang moral. Hanya saja perbedaan etika dan ilmu akhlak (etika islam)
bahwa pertama hanya berdasar pada akal, sedangkan disebut terakhir berdasarkan
pada wahyu, akal hanya membantu terutama pada perumusan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
yang di maksud dengan moral?
2. Mengapa
agama di jadikan sebagai sumber moral?
3. Apakah
yang di maksud dengan kepribadian?
4. Apa
saja teori kepribadian?
5. Apa
saja tipe-tipe kepribadian?
6. Bagaimana
hubungan kepribadian dengan sikap keagamaan?
C.
TUJUAN
1. Mampu
menjelaskan pengertian moral
2. Mampu
menjelaskan agama sebagai sumber moral
3. Mampu
menjelaskan pengertian kepribadian
4. Mampu
menjelaskan teori kepribadian
5. Mampu
menjelaskan tipe-tipe kepribadian
6. Mampu
menjelaskan hubungan kepribadian dengan sikap keagamaan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
MORAL
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal
kata moral yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing
mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan
arti kata etika, maka secara etimologis, kata etika sama dengan kata moral
karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat.
Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata etika, maka rumusan
arti kata moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang
membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu etika dari bahasa Yunani dan moral
dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika
itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar
nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita
mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang
pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.
Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti
yang pada dasarnya sama dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara
tentang moralitas suatu perbuatan, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik
buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas
dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
B.
AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL
1. Pengertian agama
Agama
sudah menjadi bahasa Indonesia, secara etimologi berasal dari bahasa
Sanksekerta terdiri dari kata a
artinya tidak, gama artinya kacau, agama
berarti tidak kacau. Sebagian lain mengatakan a adalah cara, gama adalah jalan, agama berarti cara jalan, maksudnya cara berjalan untuk
menempuh keridhaan Tuhan.
Dalam
bahasa inggris agama disebut religion, berasal dari bahasa latin leregele
artinnya mengumpulkan,membaca. Relegion mengandung pengertian kumpulan
cara-cara peribadatan yang terdapat dalam kitab suci yang harus dibaca.
Dalam
bahasa arab agama adalah din yang
secara etimologis memiliki arti balasan
atau pahala, ketentuan, kekuasaan,
pengaturan, perhitungan, taat, patuh
dan kebiasaan. Agama memang membawa peraturan, hukum yang harus dipatuhi,
menguasai dan menuntut untuk patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajarannya,
membawa kewajiban yang jika tidak dilaksanakan akan menjadi hutang yang akan
membawa balasan baik kepada yang taat memberi balasan buruk kepada yang tidak
taat.
Secara
terminologis, Hasby as-siddiqi mendefinisikan agama sebagai dustur (undang-undang) ilahi yang
didatangkan Allah untuk menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia didunia
untuk mencapai kerajaan dunia dan kesejahteraan akhirat. Agama adalah peraturan
Tuhan yang diberikan kepada manusia yang berisi sistem kepercayaan, sistem penyembahan
dan sistem kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan didunia dan diakhirat.
Menurut
endang saefudin anshari (1990) Agama meliputi sistem kredo kepercayaan atas
adanya sesuatu yang mutlak diluar manusia, sistem ritus tatacara peribadatan
manusia kepada yang mutlak dan sistem norma atau tata kaidah yang mengatur
hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam lainnya sesuai
dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan tersebut.
2. Hubungan
agama dengan moral
Berbicara
tentang moral asosiasinya akan tertuju pada penentuan baik dan buruk sesuatu.
Dengan rasio atau tradisi dapat juga dengan lainnya seseorang dapat menentukan
baik atau buruk.
Aliran
rasionalisme berpendapat bahwa rasiolah yang menjadi sumber moral bukanlah yang
lain. Yang menentukan baik dan buruknya sesuatu adalah akal dan pikiran manusia
semata.
Aliran
hedonisme berpendapat bahwa sumber kebaikan dan keburukan adalah kebahagiaan.
Sesuatu dikatakan baik jika mendatangkan kebahagiaan dan sebaliknya sesuatu
dikatakan buruk jika mendartangkan keburukan. Kebahagiian yang dimaksud adalaj
kebahagiaan individu aliran ini disebut egoistik hednisme, aliran ini antara
lain digagas oleh Epicurus (341-270).
Adalagi
aliran hedoisme universal yang berpandangan bahwa kebaikan dan keburukan diukur
oleh kebahagiaan. Aliran ini digagas oleh John Stuart Mill (1806-1873). Ia
mengatakan ebaikan tertinggi (summmun
bonum), adalah utility is happiness
for the greates number of sentimen being
(kebahagiaan untuk jumlah kebanyakan manusia yang sebesar-besarnya).
Aliran
tradisionalisme berpendapat bahwa sumber kebaikan atau keburukan adalah tradisi
atau adat istiadat. Karena peradaban Barat mengalami trauma historis berkenaan
dengan agama, maka peradaban Barat berusaha menyingkirkan agama dalam kehidupan
mereka. Agama tidakhanya sekedar ritual peribadatan semata-mata, diluar itu
agama tidak berperan apa-apa. Sumber utama moral adalah akal dengan variasi
yang berbeda satu sama lain, karena akal manusia terbatas dan relatif manusia
moderen kehilangan pegangan mutalk. Dalam kondisi demikian, ia mengalami risis
moral yang dalam bentuknya ekstrim berakhir dengan bunuh diri. Dalam
hubungannya dengan ini Muhammad Qhutb menulis, janganlah mudah kita ditipu oleh gagasan yang canggih dan tidak tahu
persoalan sebenarnya, sebab sepanjang moral telah diputuskan ikatannya dengan
akidah terhadap Allah, maka tidak akan kokoh (kuat) berpijak dimuka bumi ini
serta memiliki tempat bergantung terhadap akibat-akibat yang mengiringinya.
Atas
dasar itulah, maka agama memiliki peranan penting usaha dalam mengahpus krisis
moral tersebut dengan menjadikan agama sebagai sumber moral. Allah SWT telah
memberikan agama sebagi pedoman dalam menjalani kehidupan didunia ini agar
mendapat kebahagiaan sejati, salah satunya adalah pedoman moral. Melalui kitab
suci dan para rosul, Allah telah mejelaskan prinsip-prinsip moral yang harus
dijadian pedoman oleh umat manusia. Dalam konteks islam sumber moral itu adalah
Al-Quran dan Hadist.
Mukti
Ali mantan mentri agam pernah menyatakan, ‘agama menurut kami antar lain
memberi petunjuk bagaimana moral itu harus dijalankan, agamalah yang memberikan
hukum-hukum moral. Dan karenanya agamalah sanksi terakhir bagi semua tindakan
moral, sanksi agamalah yang membantu dan mempertahankan cita-cita etik.’
Hamka
menyatakan bahwa ‘agama ibarat tali kekang, yaitu talikekang dari penguburan
pikiran (yang liar / binar), tali kekang dari penguburan hawa nafsu (yang
angkara murka), tali kekang daripada ucapan dan perilaku (yang keji).
Menurut
kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama bahwa ada
beebrapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu :
1. Agama itu mendidik manusia menjadi tentram,
damai, tabah dan tawakal, ulet
serta percaya pada diri sendiri.
2. Agama itu dapat membentuk dan mencetak
manusia menjadi, berani berjuang menegakan kebenaran dan keadilan dengan
kesiapan mengabdi dan berkorban, serta sadar, enggan dan takut untuk melakukan
pelanggaran yang menuju dosa dan noda.
3. Agama memberi sugesti kepada manusia agar
dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat mulia dan terpuji, penyantun, toleransi dan
manusiawi.
Karena
itu, menempatankan agama pada posisi semula bisa menjadi penawar kebingungan
manusia moderen. Moral yang bersumber agama bersifat mutlak, permanen, eternal
dan universal. Nilai-nilai moral dalam islam berlaku untuk semua orang dan
semua tempat tanpa memandang tanpa memandang latar belakang etnis kesukuan,
kebangsaan, dan sosial kultural.
C.
MANFAAT
MORAL DALAM KEHIDUPAN
1. Menjadikan insan yang lebih taqwa
kepada Allah.
2. Dapat membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk.
3. Memperbaiki tingkah laku manusia
untuk menjadi pribadi yang baik.
4. Mengetahui dampak positif
hidup rukun dalam kehidupan.
5. Memahami pentingnya arti persatuan
di dalam kehudupan.
6.
Menumbuhkan kesadaran pribadi untuk membentuk nuansa kebersamaan dalam kehidupan sosial.
D.
PENGERTIAN
DAN TEORI KEPRIBADIAN
Sebelum
melangkah lebih jauh mengenai hubungan kepribadian dengan sikap
keagamaan, secara berurutan akan dikemukakan dahulu hal-hal yang menyangkut
dengan kepribadian. Kata personality dalam bahasa inggris berasal dari
bahasa Yunani kuno prosopon atau persona, yang artinya ‘topeng’
yang biasa dipakai artis dalam teater.
Personality
mempunyai sinonim yang sangat banyak dalam aplikasinya. Namun ketika semua istilah
tersebut dipakai dalam psikologi mempunyai arti atau ma’na yang berbeda-beda.
Istilah yang
berdekatan maknanya itu antara lain:
1.
Personality
(kepribadian) penggambaran tingkah laku secara diskriptif tanpa memberi nilai (devaluative).
2.
Character (karakter),
penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik buruk)
baik secara eksplisit maupun implisit.
3.
Diposition (watak),
karakter yang telah lama dimiliki dan sampai sekarang belum berubah.
4.
Temperamen
(temperamen); kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologik atau
fisiologik, diposisi hereditas.
5.
Traits (sifat);
respon yang senada (sama) terhadap sekelompok stimuli yang mirip, berlangsung
dalam kurun waktu yang (relatif) lama.
6.
Type-attribute (ciri);
mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimuli yang lebih terbatas.
7.
Habit (kebiasaan)
respon yang sama cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula.
Dalam
berbagai kata yang mempunyai pengertian yang hampir sama, para psikolog
kemudian membuat definisi tersendiri menurut pengetahuan mereka masing-masing,
antara lain:
Allport mengemukakan
kepribadian adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik
dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
Koentjaraningrat
(1980) menyebut kepribadian atau personality sebagai “susunan unsur-undur akal
dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap
individu manusia.
Hartmannmenyebutkan
kepribadian adalah Susunan yang terintegrasikan dari ciri-ciri umum seseorang
individu sebagaimana dinyatakan dalam corak khas yang tegas diperlihatkannya
kepada orang lain.
Dari seluruh
definisi yang telah dikemukakan diatas Wetherington menyimpulkan bahwa kepribadian
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Manusia karena keturunannya mula sekali hanya merupakan individu dan kemudian barulah merupakan suatu pribadi karena pengaruh belajar dan lingkungan sosialnya.
- Kepribadian adalah istilah untuk menyebutkan tingkah laku seseorang secara terintegrasikan dan bukan hanya beberapa aspek saja dari keseluruhan itu.
- Kata kepribadian menyatakan pengertian tertentu saja yang ada pada pikiran orang lain dan isi pikiran itu ditentukan oleh nilai perangsang sosial seseorang.
- Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis, seperti bentuk badan atau ras, tetapi menyertakan keseluruhan dan kesatuan dari tingkah laku seseorang.
- Kepribadian tidak bekembang sacara pasif saja, setiap orang mempergunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada lingkungan sosial.
Jadi pada
dasarnya dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan pernyataan atau istilah
yang digunakan menyebut tingkah laku seseorang yang terintegrasi dalam
kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya dari
sudut filsafat dikemukakan pendapat:
William
Stern Menurut William Stern kepribadian adalah suatu kesatuan yang banyak
(Unita Multi Complex) yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan
mengandung sifat-sifat khusus individu, yang bebas menentukan dirinya sendiri.
Prof
Kohnstamm Ia menentang William Stern yang meniadakan kesadaran pada pribadi
terutama kepada Tuhan. Menurut Kohnstamm; Tuhan merupakan pribadi yang
menguasai alam semesta. Dengan kata lain kepribadian sama artinya dengan
teistis (keyakinan). Orang yang berkepribadian menurutnya ialah orang yang
berkeyakinan ketuhanan.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa dalam pandangan filsafat kepribadian
diidentikkan dengan kepercayaan terhadap Tuhan dan keagamaannya.
E.
TIPE
TIPE KEPRIBADIAN
Secara garis
besarnya pembagian kepribadian manusia ditinjau dari berbagai aspek:
1.
Aspek
biologis
Aspek
biologis yang mempengaruhi tipe kepribadian seseorang ini didasarkan atas
konstitusi tubuh dan bentuk tubuh yang dimiliki seseorang, tokoh-tokoh yang
mengemukakan teorinya bedasarkan aspek biologis ini antaranya:
1.1
Hippocrates dan Galenus
Mereka
berpendapat, bahwa yang mempengaruhi tipe kepribadian seseorang adalah jenis
cairan tubuh yang paling dominan, yaitu:
1.1.1
Tipe choleris
Tipe ini
disebabkan cairan empedu kuning yang dominan dalam tubuhnya. Sifatnya agak
emosi: mudah marah mudah tersinggung.
1.1.2 Tipe Melancholis
Tipe ini
disebabkan cairan empedu hitam yang dominan dalam tubuh nya. Sifatnya agak
tertutup : rendah diri, mudah sedih, sering putus asa.
1.1.3Tipe
Plegmatis
Tipe ini
dipengaruhi oleh cairan lendir yang dominan. Sifat yang dimilikinya agak
statis: Lamban, apatis, pasif, pemalas.
1.1.4Tipe Sanguinis
Tipe ini
dipengaruhi oleh cairan darah merah yang dominan. Sifat yang dimilkinya agak
aktif, cekatan, periang, mudah bergaul.
1.2
Cretchmer
Dalam
membagi tipe wataknya Cretchmer mendasarkan pada bentuk tubuh seseorang, yaitu
:
1.2.1 Tipe
Astenis (Litosome)
Yaitu tipe
orang yang memiliki tubuh tinggi, kurus, dada sempit dan lengan kecil.
1.2.2 Tipe Piknis
Yaitu tipe
orang yang memiliki bentuh tubuh gemuk bulat. Sifat yang dimilikinya antaralain
: Periang, mudah bergaul dan suka humor.
1.2.3 Tipe Atletis
Yaitu Tipe
orang yang memiliki bentuk tubuh tubuh atlit tinggi, kekar dan berotot, sifat-sifat
yang dimiliki antara lain: mudah menyesuaikan dri, berpendrian teguh dan
pemberani.
1.2.4 Tipe Displastis
Yaitu Tipe
manusia yang memiliki bentuk tubuh campuran. Sifat yang dimiliki tipe ini
adalah sifat yang mudah terombang ambing oleh situasi sekelilingnya. Oleh
karena itu di istilahkan Cretchmer tpe ini adalah tipe orang yang tidak
mempunyai ciri kepribadian yang mantab.
1.3
Sheldon
Sheldon
membagi tipe kepribadian berdasarkan dominasi lapisan yang berada dalam tubuh
seseorang. Berdasar aspek ini ia membagi tipe kepribadian menjadi:
1.3.1 Tipe
Ektomorph, yaitu tipe orang yang berbadan kurus tinggi, karena lapisan badan
bagian luar yang dominan. Sifatnya antara lain suka menyendiri dan kurang
bergaul pada masyarakat.
1.3.2 Tipe
Mesomorph, yaitu tipe orang yang berbadan sedang dikarenakan lapisan tengah
yang dominan. Sifat orang tipe ini adalah: giat bekerja dan mampu mengatasi
sifat agresif.
1.3.3. Tipe
Endomorph, yaitu tipe orang yang berbadan gemuk, bulat dan anggota badan yang
pendek, karena lapisan dalam tubuhnya yang dominan. Sifat tipe orang ini
adalah: kurang cerdas, senang makan, suka dengan kemudahan yang tidak banyak
membawa resiko dalam kehidupan.
2. Aspek Sosiologis
Pembagian
ini didasarkan pada pandangan hidup dan kualitas sosial seseorang. Yang
mengemukakan teorinya berdasarkan aspek sosiologi ini antara lain:
1.
Edward Spranger.
Ia
berpendapat bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh pandangan hidup mana
yang dipilihnya. Berdasarkan hal itu ia membagi tipe kepribadian menjadi:
1.1 Tipe
Teoritis, Orang yang perhatianya selalu diarahkan kepada masalah teori dan
nilai-nilai: ingin tahu, meneliti dan mengemukakan pendapat.
1.2 Tipe
Ekonomis, Orang yang perhatianya tertuju kepada manfaat segala sesuatu
berdasarkan faidah yang dapat mendatangkan untung rugi
1.3 Tipe Esthetis, Orang yang perhatianya selalu
diarahkan kepada masalah-masalah keindahan.
1.4 Tipe
Sosial, Orang yang perhatianya selalu diarahkan kepada kepentingan masyarakat
dan pergaulan.
1.5 Tipe
Politis, Orang yang perhatianya selalu diarahkan kepada kepentingan kekuasaan,
kepentingan dan Organisasi.
1.6 Tipe
Religius, Orang yang perhatianya selalu diarahkan kepada ketaatan pada agama.
Senang dengan masalah-masalah ketuhanan dan keyakinan agama.
2.
Murray
Murray
membagi tipe kepribadian:
1)
Tipe Teoritis, yaitu orang yang menyenangi ilmu pengetahuan, berpikir logis dan
rasional.
2)
Tipe Humanis, yaitu tipe orang yang memiliki sifat kemanusiaan yang mendalam.
3)
Tipe Sensasionis, yaitu tipe orang yang suka sensasi, berkenalan.
4)
Tipe Praktis yaitu tipe orang yang giat bekerja dan mengadakan praktek.
3.
Fritz kunkel
Fritz kunkel
membagi tipe kepribadian menjadi:
1)
Tipe Sachelichkeit, yaitu tipe orang yang banyak menaruh perhatian terhadap
masyarakat.
2)
Tipe Ichhaftigkeit, yaitu tipe orang yang menaruh perhatianya kepada
kepentinganya sendiri.
Menurut
Fritz kunkel antara Tipe Sachelichkeit dan Tipe Ichhaftigkeit berbanding
terbalik. Jika seseorang memiliki Sachelichkeit yang besar maka, Ichhaftigkeit
menjadi kecil dan sebaliknya.
3.Aspek Psikologis
Dalam
membagi tipe kepribadian berdasarkan tipe psikologis Prof. Heymann
mengemukakan, bahwa dalam diri manusia terdapat tiga unsur: emosionalitas,
aktifitas dan fungsi sekunder (proses pengiring)
1)
Emosionalitas, merupakan unsur yang mempunyai sifat yang di dominasi oleh emosi
yang positif, sifat umumnya adalah: kurang respek terhadap orang lain,
perkataan berapi-api, tegas, ingin menguasai, bercita-cita yang dinamis,
pemurung suka berlebih-lebihan.
2)
Aktifitas, sifat yang dikuasai oleh aktifitas gerakan, sifat umum yang tampak
adalah: lincah, praktis, berpandangan luas, ulet, periang, dan selalu
melindungi orang lemah.
3)
Fungsi sekunder (proses pengiring), yaitu sifat yang didominasi oleh kerentanan
perasaan, sifat umum yang tampak: watak tertutup, tekun, hemat, tenang dan
dapat dipercaya.
Pilihan manusia terhadap dua masalah besar dalam kehidupannya,
yaitu "hak" dan "bathil" akan melahirkan
perilaku-perilaku tertentu, sesuai dengan karakteristik atau tuntutan yang hak
atau bathil tersebut.
Perilaku-perilaku tersebut
mengkristal dalam pola-pola tertentu yang satu sama lainnya sangat berbeda. Pola-pola perilaku tertentu yang dimiliki
individu dan bersifat konstan atau tetap
dapat dikategorikan sebagai tipe kepribadian. Tipe kepribadian dalam kontek Al-Qur'an dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu mukmin (orang yang beriman), kafir(menolak kebenaran) dan munafik (meragukan kebenaran). (Syamsu Yusuf, 2007: 215).
a. Tipe Mukmin
Tipe kepribadian mukmin mempunyai karakteristik sebagai berikut.
1. Berkenaan dengan akidah, beriman kepada Allah, malaikat, rasul, kitab, hari
akhir, dan
qodar
2. Berkenaan dengan ibadah, melaksanakan rukun islam
3. Berkenaan dengan kehidupan sosiaL bergaul dengan orang lain secara baik, suka bekerja sama, menyeru kepada kebaikan dan mecegah kemungkaran, suka
memaafkan kesalahan orang lain dan dermawan.
4. Berkenaan dengan kehidupan keluarga: berbuat baik kepada kedua orang tua dan saudara, bergaul yang baik antara suami
istri dan anak, memelhara dan membiayai keluarga.
5. Berkenaan dengan moral: sabar, jujur,adil, qonaah, amanah, tawadlu,
istiqomah dan mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu.
6. Berkenaan dengan emosi ; cinta kepada Allah, takut akan azab Allah, tidak putus asa dalam mencari rahmah Allah, senang berbuat kebajikan kepada sesama, menahan marah, tidak angkuh, tidak hasud, atau tidak iri, dan
berani dalam mebela kebenaran.
7. Berkenaan dengan intelektual ; memikirkan alam semesta dan ciptaan Allah yang lainnya, selalu menuntut ilmu, menggunakan pikirannya untuk sustu yang
bermakna.
8. Berkenaan dengan pekerjaan : tulus dalam bekerja dan menyempurnakan
pekerjaan, berusaha dengan giat dalam upaya memperoleh rizki yang halal.
pekerjaan, berusaha dengan giat dalam upaya memperoleh rizki yang halal.
9. Berkenaan fdengan fisik ; sehat, kuat dan suci/ bersih
b.
Tipe Kafir
Tipe kepribadian kafir mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
1. Berkenaan
dengan Akidah; tidak beriman kepada Allah dan rukun iman yang lainnya
2. Berkenaan
dengan ibadah: menolak beribadah kepada Allah
3. Berkenaan
dengan kehidupan sosial; zalim, ,memusuhi orang yang berimanm, senang mengajak
pada kemungkaran,dan melarang kebajikan.
Tipe-tipe Kepribadian Menurut
Al-Qur’an
Di antara
sedikit orang yang secara serius melakukan tes kepribadian dengan Al-Qur’an
adalah Ahnaf bin Qais, seorang tabi’in senior. Muhammad bin Nashr al-Marwazy
dalam Mukhtashar Qiyaamul Lail mengisahkan tentang Ahnaf. Suatu kali beilau
duduk merenungi firman Allah, “Sesungguhnya
telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat
‘dzikrukum’ (penyebutan tentang dirimu atau) sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka
apakah kamu tiada memahaminya?” (QS. Al-Anbiya’: 10)
Tatkala
membaca ayat tersebut, beliau bergumam, “Saya akan membaca mushaf al-Qur’an dan
mencari ayat yang menyebutkan tentang karakter diriku, hingga aku tahu, tipe
orang seperti apa aku, dan kaum mana yang paling mirip dengan diriku.”
Mulailah
beliau membaca, dan beliau melewati karakter suatu kaum, “Mereka sedikit sekali tidur. Dan selalu memohon ampunan di waktu pagi
sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak meminta.” (QS. Adz-Dzariyat: 17-19)
Beliau juga
mendapati kaum yang memiliki karakter, “(yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS.Ali Imran: 134)
Beliau juga
melewati kaum yang dipuji oleh Allah dalam firman-Nya, “dan mereka mengutamakan saudaranya atas diri mereka sendiri, sekalipun
mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)
Juga kaum
yang disebutkan Allah, “Dan (bagi)
orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan
apabila mereka marah mereka memberi
maaf.” (QS. Asy-Syura: 37)
Setelah
melewati beberapa kriteria kaum yang dipuji oleh Allah tersebut, beliau
berkata, “Allahumma lastu a’rifu
nafsi fi haa’ulaa’i”, Ya Allah, aku belum mendapati diriku termasuk
dalam kriteria kaum-kaum itu.” Ini adalah sikap tawadhu’ beliau, bukan berarti
beliau nihil dari kebaikan-kebaikan seperti yang beliau baca. Sebagian kita
mungkin ada yang merasa, atau bahkan mengklaim memiliki sebagian karakter
kepribadian yang telah disebutkan, meskipun keadaannya jauh di bawah
kepribadian Ahnaf bin Qais. Ini dikarenakan, beliau menyadari bahwa ayat-ayat
menyebut semua kebaikan tersebut sebagai amal unggulan, bukan sekedar pernah
beramal demikian. Yakni orang yang konsisten, rutin dan menjaga kualitas amal
yang menjadi amal unggulannya. Karena itu, beliau tidak berani mengklaim diri
telah memiliki karakter (sempurna) salah satu dari golongan yang Allah puji
dalam Kitab-Nya.
Penasan
karena merasa belum mendapatkan kriteria yang pas untuk dirinya, beliau
melanjutkan pencariannya dalam al-Qur’an. Beliau melewati karakter manusia yang
disebut oleh Allah, “Sesungguhnya mereka
dahulu apabila dikatakan kepada mereka: ‘Laa ilaaha illallah’ mereka
menyombongkan diri,” (QS. Ash-Shaffat: 35)
Ada lagi
kaum yang tatkala ditanya, “Apakah yang
memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab, ‘Kami dahulu tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi
makan orang miskin.’” (QS. Al-Mudatsir: 42-44)
Setelah
beliau membaca beberapa kriteria orang-orang yang celaka tersebut, beliau
berkata, “Ya Allah, aku berlepas diri kepada-Mu dari perilaku yang seperti
itu.” Beliau memang tidak memiliki kriteria seperti itu, dan beliau takut, dan
tidak ingin terjerumus dalam perilaku buruk di atas.
F. HUBUNGAN KEPRIBADIAN DENGAN SIKAP
KEAGAMAAN
1.
Sigmund Freud
Merumuskan
sistem kepribadian menjadi tiga sistem. Ketiga sistem itu dinamai id, ego, dan
superego. Dalam diri orang yang memiliki jiwa yang sehat ketiga sistem itu
bekerja dalam suatu susunan yang harmonis. Segala bentuk tujuan dan segala
gerak-geriknya selalu memenuhi keperluan dan keinginan manusia yang pokok.
Sebaliknya, kalau ketiga sitem itu
bekerja secara bertentangan satu sama lainnya, maka orang tersebut dinamai
sebagai orang yang tak dapat menyesuaikan diri. Ia menjadi tidak puas dengan
diri dan lingkungannya. Dengan kata lain, efisiensinya menjadi berkurang.
a.
Id (Das Es)
Sebagai suatu sistem id mempunyai fungsi menunaikan
prinsip kehidupan asli manusia berupa penyaluran dorongan naluriah. Dengan kata
lain id mengemban prinsip kesenangan (pleasure principle), yang tujuannya untuk
membebaskan manusia dari ketegangan dorongan naluri dasar: makan, minum, seks,
dan sebagainya.
b. Ego (Das Es)
Ego merupakan sistem yang berfungsi
menyalurkan dorongan id ke keadaan yang nyata. Freud menamakan misi yang di emban oleh ego sebagai
prinsip kenyataan.
c.
Super Ego
(Das Uber Ich)
Sebagai suatu sistem yang memiliki
unsur moral dan keadilan, maka sebagian besar super ego mewakili alam ideal.
Tujuan super ego adalah membawa individu ke arah kesempurnaan sesuai dengan pertimbangan
keadilan dan moral.
2.
H. J Eysenck
Menurut
Eysenck, kepribadian tersusun atas tindakan-tindakan dan disposisi-disposisi
yang terorganisasi dalam susunan hierarkis berdasarkan atas keumuman dan
kepentingannya, diurut dari yang paling bawah ke yang paling tinggi adalah:
a.
Specific
response, yaitu tindakan yang terjadi pada suatu keadaan atau kejadian
tertentu, jadi khusus sekali.
b. Habitual
response mempunyai corak yang lebih umum daripada specific response, yaitu
respon yang berulang-ulang terjadi saat individu menghadapi kondisi atau
situasi yang sama.
c.
Trait, yaitu
terjadi saat habitual respon yang saling berhubungan satu sama lain, dan
cenderung ada pada individu tertentu.
d.
Type, yaitu
organisasi di dalam individu yang lebih umum dan mencakup lagi.
3.
Sukamto
Menurut pendapat Sukamto M. M.
Kepribadian terdiri dari empat sistem/aspek, yaitu:
1.
Qalb
(angan-angan kehatian).
2. Fuad
(perasaan/hati nurani/ulu hati)
3. Ego (aku
sebagai pelaksana dari kepribadian)
4.
Tingkah laku
(wujud gerakan)
Meskipun ke empat aspek itu
masing-masing mempunyai fungsi. Sifat, komponen, prinsip kerja, dan dinamika
sendiri-sendiri, namun ke empatnya berhubungan erat dan tidak bisa
dipisah-pisahkan.
a.
Qalb
Qalb adalah hati yang menurut istilah kata
(terminologis) artinya sesuatu yang berbolak-balik (sesuatu yang lebih),
berasal dari kata qalaba, artinya membolak-balikkan. Qalb bisa di artikan hati
sebagai daging sekepal (biologis) dan juga bisa berarti ‘kehatian’
(nafsiologis), ada sebuah hadits Nabi riwayat Bukhari/ Muslim berbunyi sebagai
berikut:
“ketahuilah
bahwa di dalam tubuh ada sekepal daging. Kalau itu baik, baiklah seluruh tubuh.
Kalau itu rusak, rusaklah seluruh tubuh”. Itulah qalb.
b. Fuad
Fuad adalah perasaan yang terdalam dari hati yang
sering kita sebut hati nurani (cahaya mata hati) dan berfungsi sebagai
penyimpangan daya ingatan. Berbagai rasa yang dialami oleh fuad dituturkan
dalam ala-qur’an sebagai berikut;
1.
Fuad bisa bergoncang
gelisah (QS Al-Qashash: 10):
“Dan fuad
ibu musa menjadi bingung (kosong). Hampir saja ia membukakan rahasia (musa),
jika aku tidak meneguhkan hatinya, sehingga ia menjad orang yang beriman. “
2. Dengan
diwahyukannya Al-qur’an kepada Nabi, fuad Nabi menjadi teguh (QS.
Al-Furqan:32).
“Dan orang-orang kafir bertanya:
“mengapa al-qu’ran tidak diturunkan kepadanya dengan sekaligus”?demikianlah,
karena dengan (cara)itu, aku hendak meneguhkan fuadmu, dan aku bacakan itu
dengan tertib (sebaik-baiknya).”
3.
Fuad tidak
bisa berdusta(QS. Al-Najm:11):
“Fuad tidak berdusta tentang apa yang dilihatnya”
4.
Orang yang
zalim hatinya kosong (bingung). (QS. Ibrahim:43)
“Dengan
terburu-buru sambil menundukkan kepala, mereka tidak berkedip, tetapi fuadnya
kosong(bingung).”
5.
Orang
musyrik, fuad dan pandangannya dibolak-balikkan/ digoncang. (QS. Al-An’am
:110):
“Aku goncangkan fuad dan pandangan
mereka (kaum musyrikin), sebagaimana sejak semula mereka tidak mau beriman dan
aku biarkan mereka dalam kedurhakaanya mengembara tanpa arah tertentu.”
c.
Ego
Aspek ini
timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia
kenyataan (realistis). Ego atau aku bisa dipandang sebagai aspek eksekutif
kepribadian, mengontrol cara-cara yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan,
memilih objek-objek yang bisa memenuhi kebutuhan, mempersatukan
pertentangan-pertentangan antara qalb, dan fuad dengan dunia luar. Ego adalah
derivat dari qalb dan bukan untuk merintanginya. Kalau qalb hanya mengenal
dunia sesuatu yang subyektif dan yang objek (dunia realitas). Didalam
fungsinya, ego berpegang pada prinsip kenyataan (reality principle). Tujuan
prinsip kenyataan ini ialah mencari objek yang tepat (serasi) untuk
mereduksikan ketegangan yang timbul dalam orgasme. Ia merumuskan suatu rencana
untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya untuk mengetahui apakah rencana itu
berhasil atau tidak.
d. Tingkah laku
Nafsiologi
kepribadian berangkat dari kerangka acuan dan asumsi –asumsi subyektif tentang
tingkah laku manusia, karena menyadari bahwa tidak seorangpun bisa bersikap
objektif sepenuhnya dalam mempelajari manusia. Tingkah laku ditentukan oleh
keseluruhan pengalaman yang disadari oleh pribadi. Kesadaran merupakan sebab
dari tingkah laku. Artinya, bahwa apa yang difikir dan dirasakan oleh individu
itu menentukan apa yang akan dikerjakan. Adanya nilai yang dominan mewarnai
seluruh kepribadian seseorang dan ikut serta menentukan tingkah lakunya.
Masalah normal dan abnormal tentang tingkah laku,
dalam nafsiologi ditentukan oleh nilai dan norma yang sifatnya universal. Orang
yang disebut normal adalah orang yang seoptimal mungkin melaksanakan iman dan
amal saleh disegala tempat. Kebalikan dari ketentuan itu adalah abnormal, yaitu
sifat-sifat zalim, fasik, syirik, kufur, nifak, dan lain-lain.
4. Mujib
Menurut mujib, struktur
kepribadian perspektif Islam adalah fitrah. Struktur fitrah memiliki tiga
dimensi kepribadian :
1. Dimensi fisik yang disebut dengan fitrah jasmani, tidak bisa membentuk
kepribadian sendiri, keberadaannya tergantung pada substansi lain. Keberadaan
manusia bukan ditentukan oleh fitrah jasmani, melainkan fitrah nafsani.
2. Dimensi psikis yang disebut dengan fitrah rohani, meskipun belum menyatu
dengan jasmani, namun ia memiliki eksistensi tersendiri di alam arwah. Karena
ia telah di alam arwah telah mengadakan perjanjian dg Allah SWT, yang berupa
amanat.
3. Dimensi psikologis yang disebut dengan fitrah nafsani: merupakan
psikofisik manusia. Memiliki 3 daya pokok: kalbu, akal, dan nafsu.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Agama merupakan sistem kepercayaan yang meliputi tata
cara peribadatan hubungan manusia dengan sang mutlak, hubungan manusia dengan
manusia, dan hubungan manusia dengan alam lainnya sesuai dengan kepercayaan
tersebut. Moral yang bersumber agama bersifat mutlak, permanen, eternal dan
universal. Nilai-nilai moral dalam islam berlaku untuk semua orang dan semua
tempat tanpa memandang tanpa memandang latar belakang etnis kesukuan,
kebangsaan, dan sosial kultural.
Jika dilihat dari maknanya maka persamaan dari moral, akhlak dan etika
adalah pada fungsi, sisi sumber dan pada sifatnya.
B. SARAN
Kita sebagai umat yang
beragama islam sebaiknya kita berperilaku dan bermoral yang baik terhadap semua
makhluk Allah swt. Agar kita selalu Menjadikan insan yang lebih taqwa kepada Allah swt, dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mampu memperbaiki tingkah laku
untuk menjadi pribadi yang baik, dan mengetahui dampak positif hidup
rukun dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
titanium stud earrings with band, titanium earrings
BalasHapusIn contrast to the regular designs, this titanium grinder design has titanium dioxide sunscreen the titanium wood stoves same ring as the regular designs. In addition, it titanium rod in femur complications has babylisspro nano titanium a custom engraved ring with
visit the site sex toys,horse dildo,dog dildo,real dolls,love dolls,dildo,wholesale sex toys,wholesale sex toys,wholesale sex doll More Help
BalasHapush312c9zxrwf514 realistic dildo,realistic dildo,dog dildo,Butterfly Vibrator,wholesale sex toys,dildo,women sexy toys,women sexy toys,dildo r220x2znixi941
BalasHapuso159b8egozh652 Clitoral Vibrators,glass dildos,sex chair,dog dildo,dildo,horse dildo,vibrators,sex chair,dildos i069n0uljnk452
BalasHapus